Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.
Pantai Tanjung Kelayang Membuat Saya Mabuk Kepayang
Berenang merupakan salah satu hobi saya. Sejak duduk di bangku SLTP saya merasa kecanduan dengan yang namanya berenang. Pokoknya hampir setiap hari sepulang dari sekolah, selama tidak ada kegiatan atau tugas dari sekolah, saya selalu pergi berenang sampai kolam renangnya tutup.
Saya tak peduli kulit ini menjadi hitam legam akibat kepanasan. Karena tengah hari bolong sudah nyebur ke kolam renang. Selain hobi ternyata dari apa yang saya baca, berenang itu sangat bagus untuk kesehatan tubuh. Salah satunya bagus untuk pernapasan. Semakin kecanduanlah saya dengan yang namanya berenang.
Bahkan dulu sempat bercita-cita menjadi pelatih renang, pelatih lumba-lumba, atau penjaga pantai macam di film Baywatch. Film seri tahun 90-an awal.
Tapi cita-cita itu kandas manakala menyaksikan laut sesungguhnya sangat kotor dan tidak layak untuk tempat berenang.
Jadi berenangnya saya sebatas di kolam renang saja. Tidak jadi berenang di laut. Mungkin karena sejak kecil laut yang saya kunjungi pantainya kotor. Banyak sampah. Sehingga menimbulkan trauma tersendiri dalam hati.
Sejak itu kalau jalan-jalan ke laut tidak pernah sekali pun ikut berenang. Bermain air dipinggir pantainya pun tidak. Mungkin semacam trauma masa kecil. Melihat laut yang kotor. Jadi yang terpatri dipikiran laut itu pasti kotor.
Namun semua itu mental alias terpatahkan manakala saya berkunjung ke Pulau Belitong. Perjalanan selama 4 hari 3 malam di sana membuat saya jatuh suka dengan yang namanya laut. Karena keindahan dan kebersihan laut di sana saya akui juara deh. Benar-benar bersih.
Salah satu agenda perjalanan saat di Belitong adalah menikmati senja di Pulau Lengkuas. Pulau yang di dalamnya terdapat mercusuar peninggalan zaman Belanda. Untuk menuju ke sana kita harus menyebrang menggunakan kapal kayu dari Pantai Tanjung Kelayang.
Di Pantai Tanjung Kelayang inilah saya merasa jatuh suka dengan kondisi pantai di sana. Bersih, bening, dan biru. Untuk naik ke kapal kita harus turun kelaut setinggi betis.
Wah, saya yang biasanya anti air laut justru tak sabar ingin segera turun ke air. Tiba di Pulau Lengkuas saya benar-benar puas bermain pasir dan bercanda dengan riak ombak di tepi pantai.
"Ada yang ingin berenang di laut tidak? Kalau ada yang mau mari ikut saya. Kita akan naik perahu, soalnya agak ke tengah berenangnya," teriak tour guide yang memandu rombongan kami.