Deny Oey
Deny Oey Administrasi

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Karena Tujuan Traveling adalah untuk Riya

17 April 2023   21:29 Diperbarui: 17 April 2023   21:30 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karena Tujuan Traveling adalah untuk Riya
Pulau Padar (Dok. Pribadi)

Perbukitan nan hijau, dikelilingi lautan nan biru, keindahan Pulau Padar memang tak terelakkan. Pemandangan itu kulihat dari atas dimana kontur pulau ini bagaikan teluk yang mengapit di sisi kiri dan kanannya.

Sayangnya di perjalanan kembali dengan kapal boat kecil menuju kapal yang kami tumpangi, pemandangan itu sedikit tercoreng.  Banyaknya sampah plastik di tengah laut sudah jadi masalah yang umum terjadi di destinasi wisata pantai dan laut.

Labuan Bajo dan Kepulauan Komodo memang indah, namun juga punya banyak masalah. Salah satunya adalah sampah yang banyak berseliweran yang kami lihat bukan hanya di Pulau Padar saja, tetapi juga Pulau Komodo, Pulau Kenawa hingga Pulau Kelor.

HAAPPP!

Dengan satu sapuan tangan aku berhasil meraih bungkusan plastik sebelum kami naik ke kapal besar. Sampah ini akan kubuang ke tempat semestinya.

Memang semakin ramai tempat wisata, akan semakin banyak pula sampah berserakan. Itu karena banyak turis dan wisatawan yang belum sadar sepenuhnya akan kebersihan lingkungan wisata, khususnya wisata alam.

Pemandangan dari pulau kelor (Dok. Pribadi)
Pemandangan dari pulau kelor (Dok. Pribadi)

Yang mereka prioritaskan hanyalah jalan-jalan dan buat konten sebanyak mungkin demi riya di media sosial. Ironis, mereka mengunggah konten foto atau video dengan latar Pulau Padar atau Pulau Komodo menggunakan caption dan hashtag nature, alam dan sebagainya, namun perilaku mereka tak mencerminkan pecinta alam sejati.

"Mungkin next time kita harus bikin voluntrip ya (sejenis trip sekaligus volunteer), ngumpulin sampah-sampah di laut."

Tiba-tiba saja aku melontarkan ide saat kami sedang ngopi santai di atas kapal.

"Wah boleh tuh, ide bagus! Nanti kita foto-foto pas ambil sampah terus upload di reels atau tiktok," ujar seorang kawan.

"Bener, kita bisa riya. Tapi ini riya yang positif," timpal salah seorang lagi.

Aku terdiam sejenak. Memang betul, tujuan utama seseorang untuk liburan atau traveling yang pertama adalah untuk healing, kedua untuk riya. 

Tak dapat dipungkiri, selain melepas lelah dan kepenatan akibat pekerjaan yang menumpuk kita pasti butuh liburan untuk men-charge mood, energy maupun mental kita.

Pantai pink (Dok. Pribadi)
Pantai pink (Dok. Pribadi)

Selain itu, kita pasti mengabadikan momen liburan tersebut lewat foto maupun video. Di zaman modern saat ini, media sosial adalah wadah untuk menyimpan kenangan dan momen traveling tersebut.

Jadi, tak salah jika menyebut tujuan dari traveling adalah untuk 'riya'. Namun, jangan sampai riya tersebut adalah riya negatif yang hanya untuk pamer atau cari perhatian saja. Melalui obrolan ringan di atas kapal tersebut, terbesit ide untuk mengadakan trip agar lebih sadar lingkungan dan mencintai alam sesungguhnya.

Bersyukur saya bergabung dalam komunitas traveling dimana mayoritas membernya sudah sadar akan kebersihan lingkungan dan menjaga alam, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Oh ya, selain memungut sampah yang kebetulan lewat kapal, kami juga memberi makan ikan dengan makanan ikan yang dijual di pulau, bukan makanan yang biasa orang-orang makan (nasi, roti, dll) dan asal dibuang ke laut karena pasti dilahap oleh ikan.

Beberapa kawan kami yang berenang bahkan ada yang lebih memilih memakai pakaian renang lengan panjang ketimbang mengoles tangan dengan sunscreen karena dapat merusak karang dan biota laut.

Komunitas Traveling Backpacker Jakarta (Dok. Pribadi)
Komunitas Traveling Backpacker Jakarta (Dok. Pribadi)

Pengalaman trip bersama mereka ini mengajarkan banyak hal sederhana namun sangat berarti besar yang bisa dilakukan oleh teman-teman lain yang ingin berwisata di alam, seperti:

  • Tidak buang sampah sembarangan.
  • Tidak beri makan ikan dengan makanan sembarangan, tapi dengan makanan ikan.
  • Tidak memakai sunscreen bila ingin menyelam di laut.

By the way, Labuan Bajo dan Kepulauan Komodo memang layak disebut sebagai wajah baru Indonesia. Keindahan alam dan bawah lautnya sungguh mempesona, disini kita juga bisa melihat Si Naga Purba alias komodo langsung di habitatnya. Belum lagi pengalaman seru tinggal di atas kapal (live on board) dan sailing untuk menikmati keindahannya.

Tak mengherankan bila Labuan Bajo menjadi salah satu Destinasi Super Prioritas (DSP). Selain pembangunan insfrastruktur mulai dari jalan raya, pedestrian, pelabuhan, hingga akomodasi penginapan yang terus digenjot. 

Pemerintah juga gencar mempromosikan pariwisata di sekitarnya, seperti Golo Mori yang beberapa waktu lalu disahkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai Kawasan Ekonomi Eksklusif (KEK).

Jangan lupa, selain Labuan Bajo ada banyak wisata alam di Indonesia yang tak kalah indah seperti Lombok, Sumba, Belitung, Alor, Danau Toba, Likupang, Toraja, Banda Naira hingga Raja Ampat.

Bersama komodo (Dok. Pribadi)
Bersama komodo (Dok. Pribadi)

Jelajahi tempat-tempat tersebut karena alam Indonesia terlalu indah untuk dilewatkan. Dengan menjadi traveler yang mencintai alam dan sadar lingkungan, itu sekaigus menunjukkan pada dunia bahwa kita bangga berwisata di Indonesia. Bukan hanya sekedar di-riya-kan, tetapi juga kita jaga sepenuh hati.

Jadilah traveler yang tidak mengambil apapun selain gambar, yang tidak meninggalkan apapun selain jejak, dan tidak membunuh apapun selain waktu. Aku bangga menjadi warga Indonesia, karena rumahku memiliki banyak keindahan yang mempesona dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun