Ramadhan Kembali Datang, Keegoisan Tidak Boleh Terulang
Ramadhan tiba
Ramadhan tiba
Ramadhan tiba
Marhaban Ya Ramadhan
Marhaban Ya Ramadhan
Mendengar senandung lagu milik Opick ketika menonton televisi, secara tidak langsung menandakan bahwa kita telah memasuki bulan penuh berkah dengan segala ampunan. Bulan yang membuat kita sebagai masyarakat muslim untuk berlomba-lomba dalam melaksanakan ibadah. Mulai dari ibadah yang wajib hingga sunah. Bulan yang didalamnya penuh dengan rahmat dari Allah SWT.
Kini, kita telah tiba pada Ramadhan pada tahun 1442 Hijriyah, dan Ramadhan yang "masih" istimewa bagi umat muslim seluruh dunia, karena kedua kalinya kita melaksanakan ibadah puasa pada masa pandemi virus corona. Keistimewaan Ramadhan pada dua tahun ini dan sebelumnya adalah keharusan umat muslim dalam menyambut dan melaksanakan ibadah dengan tradisi dan cara yang berbeda.
Bila kita menoleh ke belakang jauh sebelum tahun 2020 itu datang, setiap tahun kita akan menyambut bulan Ramadhan dengan berbagai macam tradisi. Mulai dari ngabuburit bersama keluarga, teman dan kerabat, buka bersama sekaligus reuni bersama teman sekolah, takjil bersama di masjid terdekat dengan teman dan tetangga dalam suatu perkampungan hingga berbagi makan sahur atau sahur on the road.
Sedangkan dalam melaksanakan ibadah, kita akan berlomba-lomba untuk melaksanakan salat tarawih secara berjamaan di masjid, melakukan tadarus bersama secara berkelompok, i'tikaf di masjid dan mendengarkan kuliah tujuh menit (kultum) sesaat setelah jamaah subuh. Semuanya dilakukan dengan mengharap penuh dari ridha Allah SWT.
Namun, kesemuanya itu buyar dan kini sejenak menjadi momen yang bisa dikenang. Tidak ada lagi aktivitas melaksanakan tradisi dan ibadah yang dilakukan secara berkerumun. Umat musim pun harus menahan diri untuk melaksanakan tradisi dan ibadah dalam menyambut bulan Ramadhan yang justru dapat menjadi bumerang dan menyebabkan kluster ibadah. Sedih dan rindu.