Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Konsultan

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Antri Berburu Tanda Tangan Imam dan Pesantren Kilat Bikin Nostalgia

2 April 2023   17:46 Diperbarui: 2 April 2023   17:50 1666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antri Berburu Tanda Tangan Imam dan Pesantren Kilat Bikin Nostalgia
Waktu SD kami harus ikut pesantren kilat, saat itu kami harus makan serba cepat karena antrian wudu sangat panjang (dokpri) 

Di saat ini makin banyak yang titip absen. Pak Imam ada yang hanya tertawa ketika ada yang menyodorkan beberapa buku  sekaligus, ada juga yang menanyakan ke mana pemilik buku tersebut. Yang ditanya cuma cengar-cengir.

Selesai tarawih, aku segera cari minuman karena lumayan lama juga durasinya dari Isya hingga antri tanda tangan (dokpri) 
Selesai tarawih, aku segera cari minuman karena lumayan lama juga durasinya dari Isya hingga antri tanda tangan (dokpri) 


Oh iya saat tarawih ini anak-anak tak semuanya beribadah dengan manis. Tak sedikit yang nakal dan berulah. Ada yang di rakaat sekian mulai asyik berlarian dan bermain di halaman masjid. 

Ada juga yang berteriak kencang bila imam dan jamaah mengucapkan kata 'amiin'. Jika imam mengucapkan shalawat tiap dua rakaat, jawabannya juga tak kompak. Anak-anak biasa menambahkan jawaban lainnya yang membuat mereka kemudian tergelak-gelak. 

Alhasil kemudian ada kakek dan nenek yang ditugaskan membina dan menertibkan anak-anak yang tak tertib di masjid. Tapi biasanya mereka tak kekurangan akal. Kalau tak ada mereka, juga rasanya tak lengkap. Suasana masjid jadi kurang meriah.

Pesantren Kilat Bikin Makan Serba Kilat
Aku sebenarnya paling malas ikut acara pesantren kilat. Pasalnya, acaranya lumayan menguras waktu dan tenaga. Biasanya diawali dari pagi hari hingga malam hari seusai sholat tarawih bersama. Cukup melelahkan, apalagi jika diadakan beberapa hari.

Bosannya pesantren kilat wajib diikuti. Guru akan mengabsen kami. Sekitar pukul 08.00 pagi kami dikumpulkan di aula, lalu kami mendapatkan asupan ilmu agama, tadarusan, sholat wajib bersama, dan lainnya.

Adik-adik kelas yang masih kecil biasanya tak tahan duduk anteng mengikuti pesantren kilat. Ada yang asyik bermain hingga dimarahi para guru, atau malah banyak yang tertidur pulas. Waktu siang sehabis sholat Dhuhur adalah tantangan paling besar.

Saat SD, kegiatan ini diadakan setiap tahun. Yang paling tidak menyenangkan itu antri wudhu karena toilet dan keran khusus wudu sangat sedikit. Alhasil antrian sangat panjang. Kami harus buru-buru menyantap takjil karena tak lama kemudian kami sholat Maghrib bersama. Kami juga tak tenang menyantap hidangan berbuka puasa karena sholat Isya hingga Witir akan diadakan.

Kegiatan pesantren kilat ini ada hingga aku kuliah. Namun saat kuliah, sudah tak diwajibkan.

Momen pesantren kilat yang menyenangkan dan berkesan malah saat duduk di bangku SMP. Saat itu kegiatan juga diadakan pada pagi hari hingga malam hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun