Ramadan, Pandemi dan Literasi
Ayat ini dapat dimaknai bahwa Allah mengajarkan dengan pena, mengajarkan tulisan, mengajari manusia tentang beragam hal yang telah diketahui maupun belum kita ketahui.
Aktivitas menulis bisa menjadi jembatan berkomunikasi dengan diri sendiri maupun orang lain. Kebiasaan menulis akan mengasah dan mempertajam kemampuan diri sendiri dalam mencerna setiap informasi. Dengan menulis akan membantu orang lain dalam menghadapi dan memecahkan masalah.
Menulis dapat mengasah daya nalar dan daya ingat, melatih ketajaman untuk berkonsentrasi. Menulis merangsang kreatifitas sekaligus sarana aktualisasi diri. Kemampuan menulis menjadi sebuah prestasi, mendatangkan kepuasan batin serta menambah pengetahuan dan wawasan.
Kembali memaknai ramadan sebagai bulan literasi, tentunya selaras dengan peristiwa nuzulul qur'an, dimana Allah pertama kali menurunkan mukjizat Al qur'an sebagai petunjuk bagi umat manusia. Sulit dibayangkan jika kita sebagai umat muslim malas membaca al qur'an, bagaimana kita bisa menjalani kehidupan sesuai dengan wahyu Tuhan?
Membaca ayat-ayat al qur'an dan mentadaburi ayat-ayat kauniyah, yaitu ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta melalui ciptaan-Nya. Maksud ayat kauniyah adalah memberikan tanda bahwa Allah itu ada baik seperti yang tercatat dalam kitab Allah maupun melalui tanda yang ditunjukkan makhluk ciptaan-Nya.
Wabah pandemi Corona adalah salah satu ayat kauniyah yang saat ini sedang ditunjukan kepada umat manusia. Virus tak kasat mata yang berbentuk bulat dengan diameter 100-120 nm atau nanometer. Virus corona tidak bisa memperbanyak diri kecuali dengan menginfeksi makhluk hidup, sama seperti virus lain.
Karenanya untuk memutus mata rantai penyebaran virus tersebut, kita dianjurkan untuk mematuhi protokol kesehatan. Menjaga jarak (physical distancing), membiasakan cuci tangan dan memakai masker dalam aktivitas keseharian.
Apalagi kita mulai diseru agar bisa berdamai dengan virus Corona, itu berarti ketika masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dicabut tidak otomatis pandemi telah lenyap dari muka bumi.
Kita bisa menelaah kejadian yang menimpa umat dimasa Khalifah Umar saat terkena wabah penyakit. Ketika itu Khlaifah Umar memerintahkan umatnya untuk pindah ke tempat lain agar terhindar dari wabah. Namun, ada sahabat yang mengatakan bahwa penyakit tersebut adalah takdir Allah dan sudah sepatutnya mereka menerimanya.
Khalifah Umar lantas menegaskan bahwa keputusan untuk berhijrah demi menghindari wabah penyakit adalah upaya untuk mengubah takdir buruk ke takdir baik.
Takdir yang dialami umat saat itu adalah salah satu contoh takdir yang dapat diubah, sedangkan takdir yang tidak dapat diubah adalah kematian dan datangnya hari akhir (kiamat).