Kepeminatan Biologi. Orang Batak yang lahir di Jayapura Papua dan digariskan takdir mengabdi di Aceh. Selamat datang di blog saya ya.. rumah sederhana, enjoy everyone.
Puasa Vs Alergi
Banyak anggapan menjalankan ibadah puasa maupun pola hidup dengan puasa dapat mencegah munculnya penyakit. Salah satu penyakit yang biasanya berlanjut dari usia dini hingga remaja dan dewasa maupun baru muncul ketika seseorang menginjak usia dewasa yaitu alergi.
Alergi dan Alergen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia alergi diterjemahkan sebagai keadaan sangat peka terhadap penyebab tertentu yang dalam kadar tertentu tidak membahayakan bagi sebagian orang.
Melansir klikdokter, Imunoglobulin E (IgE) sebuah antibodi manusia yang mencetus alergi.
Akses masuk bahan pencetus alergi (alergen) ke dalam tubuh manusia melalui beberapa akses yakni:
1) kontak kulit
Alodokter mencatat terdapat banyak tumbuhan dengan sifat alergen yang menyebabkan kepekaan terhadap kulit. Contoh tumbuhan yang dimaksud yaitu Poison ivy atau Jelatang (Toxicodendron radicans) dan Gympie-gympie (Dendrocnide moroides)
Selain alergen oleh tumbuhan, bulu hewan kesayangan juga untuk sebagian orang merupakan alergen jika kontak dengan kulit. Pencetus yang lain yaitu serbuk sari bunga dan getah tumbuhan (lateks) maupun produk berbahan dasar lateks seperti sarung tangan berbahan karet
2) peredaran darah melalui injeksi
Suntikan pada konteks ini dapat disebabkan faktor sengaja oleh jarum suntikan obat-obatan maupun tidak sengaja oleh gigitan serangga. Serangga memiliki organ khusus yang dapat kontak dengan kulit dan zat yang ditinggalkan menembus peredaran darah.
3) saluran pencenaan
Beberapa alergen dapat berupa obat-obatan maupun makanan. Keduanya masuk melalui akses mulut sebagai hulu saluran pencernaan.
Dilansir dari halodoc, contoh obat-obatan yang dapat menimbulkan reaksi alergi diantaranya golongan antibiotik (seperti penisilin), anti kejang, antiinflamasi non steroid, aspirin, krim atau losion kortikosteroid, dan insulin. Obat penyakit tertentu bisa memicu alergi, seperti obat-obatan untuk penyakit autoimun, herbal, hipertiroidisme, kemoterapi, dan infeksi HIV/AIDS. Sedangkan untuk alergen bahan makanan dapat berupa kacang-kacangan, gluten, telur, makanan laut, ikan yang telah disimpan lama dan sebagainya.
4) saluran pernapasan
Saluran pernapasan manusia bagi adalah akses masuk udara segar maupun segala bentuk pencemar. Untuk sebagian orang benang sari bunga yang terhirup, debu dan asap, jamur dan bulu hewan peliharaan yang terhirup masuk ke pernapasan merupakan kelompok alergen.
Korelasi puasa dengan alergi
Selama beristirahat dari aktivitas makan dan minum tubuh mendapatkan kesempatan melakukan autophagi (menyerupai proses pencernaan yang memungkinkan perombakan zat beracun).
Alergi dapat terjadi karena sistem pertahanan tubuh bekerja terlalu berat dan sering oleh karena paparan alergen terus menerus yang masuk ke dalam mulut misalnya. Respons kerja yang berlebihan menanggapi zat alergen yang masuk ke dalam tubuh. Gejala yang timbul diantaranya gatal-gatal, peradangan (bengkak) dan sebagainya.
Menurut dr. Andi Pratama Dharma, Sp.PD masuknya radikal bebas cenderung lebih masif dibandingkan dengan mikroba patogen. Ilustrasinya jika kita makan buah non-organik yang sudah kita cuci bersih dengan pencuci buah antibakteri, tentu sudah bersih. Namun kita sulit menghindari paparan radikal bebas dalam bentuk pestisida kimia maupun akumulasi pupuk kimia dalam buah-buahan.
Puasa Intermitten terbagi menjadi dua secara umum yaitu water fasting yaitu puasa mengonsumsi makanan namun masih diperbolehkan mengonsumsi minuman tidak berkalori seperti air putih. Tipe lainnya yaitu dry fasting yaitu sama sekali tidak mengonsumsi makanan dan minuman dalam waktu tertentu.
Lanjut dr. Andi, dampak puasa Intermitten berbeda antara berapa lama tubuh diistirahatkan dalam puasa. Semakin lama rentang puasa semakin tubuh diberikan kesempatan untuk melakukan autophagi (menghancurkan racun yang ada di dalam tubuh dengan sendirinya), mengaktifkan hormon pertumbuhan dalam membentuk sel baru serta stem cell.
Namun demikian efektifitas puasa ini berbeda satu dengan orang lainnya memperhatikan metabolisme, genetik, aktivitas dan tingkat stres pada masing-masing orang yang tentunya berbeda.
Imunitas dipengaruhi dengan cara mengubah berbagai elemen terkait, seperti stres oksidatif, peradangan, metabolisme, berat badan, dan komposisi tubuh oleh puasa Intermitten.
***
Rekomendasi dari tulisan ini jika memungkinkan kebiasaan shaum meskipun bulan Ramadan telah berakhir, masih tetap dapat dilanjutkan. Tidak hanya pada orang yang menderita sakit namun juga bagi kita yang sehat. Sebab kita akan mendapatkan banyak manfaat dari rutinitas ini, juga pada fitrahnya puasa tidak akan menyebabkan hal buruk.
Referensi
Faris MAE, Salem ML, Jahrami HA, Madkour MI, BaHammam AS. Ramadan intermittent fasting and immunity: An important topic in the era of COVID-19. Ann Thorac Med. (2020) ; 15(3) :125-133. doi: 10.4103/atm.ATM_151_20.
https://www.halodoc.com/artikel/inilah-jenis-obat-yang-berpotensi-sebabkan-alergi
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-alergi/alergi
https://www.youtube.com/watch?v=2k6b1cQdaSY