Diantika IE
Diantika IE Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Kali Ini Aku Harus Benar-Benar Ikhlas

11 Maret 2024   21:49 Diperbarui: 11 Maret 2024   22:10 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kali Ini Aku Harus Benar-Benar Ikhlas
Sumber gambar: Unsplash/Hasan Almasi

Terdengar suara motor mas Herlan masuk teras rumah. Aku beranjak, merapikan rambut dan bercermin memantaskan diri; suami pulang. 

Seperti biasa, mas Herlan tersenyum manis sesaat setelah aku membukakan pintu untuknya. Menyapaku, mengecup kening, lalu memberikan pujian kecil pada beberapa hal. 

"Hai, istrinya mas cantik banget pakai baju itu," katanya. 

Aku tahu, itu mungkin hanya sebatas untuk membuatku senang. Namun entah kenapa, aku merasa bahwa mas Herlan begitu tulus melakukan itu. 

"Mas...," aku memanggilnya. Kalimatku terputus, tidak selesai. 

"Iya...? Kenapa?" tanya suamiku, sambil sibuk membuka helem dan meletakkannya di tempat biasa. Sebuah rak yang berada di sudut ruangan. 

"He he. Selesaikan saja dulu. Nanti aku lanjutkan," jawabku dengan nada manja. 

Mas Herlan mengangguk setuju. Bersemangat merapikan diri, lantas pamit membersihkan diri setelah sebelumnya meneguk air di gelas yang selalu kusiapkan setiap kali mas Herlan pulang kerja. 

"Mau bilang apa?" tanyannya. Wangi tubuhnya tercium wangi, selesai mandi. 

Aku mendekatinya. Lalu berhambut memeluknya erat. Aku kembali menangis sesenggukan. Namun kali ini tangisanku bukan tangisan kesedihan melainkan tangisan yang penuh dengan ungkapan rasa syukur karena sudah memiliki dan dimiliki seorang lelaki sesayang dan sabaik mas Herlan. Meskipun sambil sesenggukan, di tengah isak tangis akhirnya aku bisa menyampaikan deretan kalimat yang sangat ingin aku sampaikan. 

"Mas paham. Terima kasih sudah bicara. Mas pun benar-benar bersyukur karena telah menjadi bagian dari hidupmu, Sum. Kamu pun tentunya merupakan hadiah dari Allah yang sangat pantas mas syukuri karena kehdiranmu, hidup mas lebih teratur, lebih baik, lebih menyenangkan tentunya," katanya. Tangannya mencubit pipiku demgan lembut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun