Pro dan Kontra Sedekah di Jalan
Pengemis Jadi-Jadian
5 tahun terakhir kita dikejutkan dengan berita di berbagai media. Seorang pengemis memiliki uang sebanyak puluhan juta dan menyimpan emas di karung sebagai property untuk mengemis.
Pengemis ini mendapatkan uang dengan melakukan perjalanan di lampu merah, pasar atau mendatangi tiap pintu rumah warga. Intinya dimana ada keramain disitu ada pengemis.
Kita tidak tahu apakah itu modus belaka. Menggunakan kostum lusuh dan berwajah murung, mereka melakukan aksi setiap hari. Para pengemis sudah menjadikan mengemis untuk memenuhi kelangsungan hidup.
Meskipun pendapatan dari pengemis ini juga untung-untungan. Tapi jika sudah menjadikan prioritas hidup, mereka akan berusaha mengumpulkan uang dari hasil jerih payah orang lain
Pandangan Islam terhadap Pengemis
Berdasarakan hadist pertama yang diriwayatkan oleh "Abdulllah Bin 'Umar Radhiyallahu "anhuma berkata : Rasulluloh SAW "seorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sekerat daging pun diwajahnya .
Hadist kedua diriwayatkan dari Hubsyi bin Junaadah Radhiyallahu "anhu, ia berkata : Rasulluloh SAW bersabda " barang siapa meminta-minta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka seolah-olah ia akan memakan bara api.
Hadist ketiga diriwayatkan dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu Anhu SAW ia bersabda " meminta-minta itu merupakan cakaran, yang seseorang mencakar wajahnya dengannya, kecuali jika seseorang meminta kepada penguasa, atau atas suatu hal atau perkara yang sangat perlu.
Dalam perkara minta --meminta yang sering kita temui hari ini, sudah ada hadis yang menentukan. Bahwa kesimpulannya jika seseorang meminta --minta kepada orang lain tanpa sebab yang disengaja, dan sering bermalas-malasan maka tuhan pun akan memberikan ganjaran kepada orang tersebut. Namun jika dia meminta --minta bantuan pada hari tertentu dan pada penguasa. Maka penguasa harus bertanggung jawab untuk membantu masyarakat yang meminta tersebut. Dengan syarat tidak boleh meminta terlalu sering kepada penguasa tersebut.