Dizzman
Dizzman Freelancer

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Tetap Tegar Berpuasa Walau Bepergian Jauh

7 Mei 2019   11:45 Diperbarui: 7 Mei 2019   11:48 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tetap Tegar Berpuasa Walau Bepergian Jauh
Bepergian di pesawat menjelang buka (dokpri)

Sebagai travellers dan sering bertugas di luar kota, tentu membutuhkan energi ekstra apalagi bila sedang bekerja di lapangan, di tengah teriknya matahari tanpa tudung dan perut terisi. Walau dalam agama masih diberi ruang untuk berbuka sebelum waktunya saat bepergian jauh, namun saya tetap berpuasa dan alhamdulillah sampai hari ini belum pernah sekalipun membatalkan puasa di tengah perjalanan jauh.

Lalu bagaimana mengatur strategi agar tetap bisa berpuasa di tengah perjalanan yang terkadang macet, cuaca panas, tenggorokan kering, badan lemas apalagi pas jam dua siang saat terik-teriknya matahari menerpa tubuh? Berdasarkan pengalaman, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat bepergian jauh di bulan puasa, antara lain:

1. Mengatur waktu keberangkatan/kepulangan

A. Menggunakan kendaraan roda empat

Kalau menggunakan kendaraan, terutama saat hendak mudik lebaran, saya biasanya berangkat tengah hari setelah dzuhur untuk jarak pendek dan menengah, misal ke Bandung atau Cirebon, dengan harapan tiba di tempat pas saat berbuka puasa. Kalaupun telat sedikit bisa tetap berbuka di jalan dan melanjutkan perjalanan.

Kalau jarak menengah seperti ke Semarang, saya upayakan berangkat malam hari setelah sholat Maghrib dan berharap tiba menjelang subuh atau setidaknya pagi hari. Untuk menghindari macet panjang, saya mencari jalan alternatif yang jarang dilalui kendaraan para pemudik lainnya. Namun seiring perkembangan teknologi, ternyata banyak juga pemudik yang menjajal jalan alternatif seperti disarankan oleh aplikasi peta seperti Google Maps atau Waze. Akibatnya jalan alternatif juga mulai dipadati pemudik.

Sekarang dengan adanya tol Trans Jawa dan aplikasi peta, perjalanan bisa dimulai siang hari dan berbuka di perjalanan dengan membawa bekal, karena biasanya rumah makan ramai dan padat pengunjung saat waktu berbuka puasa. Saya tidak menyarankan berangkat setelah sahur karena akan menghabiskan waktu lama di saat puasa dan berpotensi berbuka di tengah jalan, apalagi dalam keadaan macet parah.

B. Menggunakan pesawat

Saat menggunakan pesawat udara, saya biasanya berangkat pagi setelah sahur, atau lebih baik siang hingga menjelang sore. Untuk perjalanan udara selama 2-3 jam tidak terlalu menghabiskan energi sehingga waktunya bisa digunakan untuk bekerja di siang hari setelah mendarat, atau esok harinya bila perjalanan dilakukan sore hari. Untuk penerbangan ke arah timur, saya upayakan berangkat siang hari karena waktu berbuka lebih cepat satu hingga dua jam, lumayan mengirit waktu berbuka. Sebaliknya bila ke arah barat, sebaiknya pagi hari karena waktu berbuka lebih panjang sehingga bisa fokus untuk survei di lapangan, atau sekalian setelah berbuka puasa sehingga tidak perlu puasa di perjalanan.

2. Saat di lapangan atau di perjalanan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun