The Eye
Dari apa yang diajarkan dalam Al-Qur'an kita bisa mengetahui bila selain mata yang terhubung ke otak, ada juga mata yang terhubung ke hati. Inilah mata hati atau mata rohani. Ia ada dalam dada setiap kita. Ia bisa melihat apa yang mata kita tidak bisa melihatnya. Mata rohani memiliki kemampuan jauh di atas otak kita dalam mengindera. Sebagaimana tergambar saat mengisahkan keistimewaan surga, Allah SWT dalam hadits qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra menyatakan:
"Aku (Allah) telah menyediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh suatu balasan (surga) yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas di dalam hati." (HR Bukhari)
Untuk tujuan ini pula kita wajib mengalami kematian yang adalah nama lain dari memberikan kesempatan kepada mata rohani kita untuk dapat melihatnya dengan lebih leluasa. Sebab selama hidup ini, roh kita terbatasi dan terperangkap dalam raga kasar ini.
Satu hikmah dari adanya mata rohani ini adalah Sang Pencipta berkenan untuk menampakkan Diri kepada hamba-hamba-Nya secara lebih terbuka di Hari Keabadiaan kelak namun dengan mensyaratkan adanya kematian yang harus mereka jalani.
Sebuah Jendela Bernama Mata
Berbicara tentang mata tentu tidak lengkap tanpa mengulas mata sebagai jendela hati. Ya, mata adalah jendela hati. Menjaga mata semakna dengan menjaga privasi rumah hatinya. Dan, kalaupun jendela itu harus terbuka, maka pastikan yang nampak di baliknya mesti yang terbaik. Untuk alasan ini Islam menekankan pentingnya menjaga pandangan. Istilah yang populer kita kenal adalah ghadhul bashar. Pemeliharaan pandangan akan menjadikan kita terjaga dari pengaruh-pengaruh buruk yang mungkin tertransmisikan lewat padangan mata.
Saya akan mencoba untuk menilik sebuah korelasi antara metamata dan mata sebagai jendela hati dengan konsep ihsan sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah saw..
Dalam sebuah riwayat yang masyhur dikisahkan bahwa Rasulullah saw yang tengah duduk-duduk bersama para sahabat. Lalu Jibril datang dan menanyakan tentang Islam, Iman dan Ihsan. Saya akan kutipkan pada bagian ihsannya saja:
Jibril berkata: "Apakah ihsan itu?"
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu."
Inilah puncak dari ekspresi metamata yang secara umum diajarkan oleh Islam kepada para penganutnya. Dan inilah jendela terindah dari keberagamaan menurut Islam. Darinya tampak keindahan demi keindahan khazanah kerohanian Islam sebagai Khatamul Adyan (Agama yang Terbaik).