Amadeus
Tadi malam aku bermimpi
Bertemu komponis besar
Dia bangkit dari kuburnya
Wolfgang Amadeus Mozart
Lirik lagu Cynomadeus dari grup band dengan nama yang sama, Cynomadeus, pertama kali saya dengar di kelas 3 SMA dulu, awal dekade 90an. Adalah sosok Eet Syahranie sebagai guitarisnya yang membuat saya tertarik dengan band tersebut.
Eet yang sebelum itu berkolaborasi dengan Fariz RM di Superdigi begitu memikat hati saat mengisi part solo pada lagu Barcelona dengan begitu indahnya. Nuansa flamenco menyeruak dalam petikan berkelas di atas permainan akustiknya.
Kekaguman semakin bertambah saat Eet membentuk Edane. Permainan guitarnya pada komposisi instrumentalia berjudul Evolusi dari album The Beasts, mengubah persepsi saya tentang kapasitas musikalitas anak Nusantara dalam percaturan dunia.
Waktu SMA dulu, internet belumlah menjadi bagian dari kehidupan kita sehar-hari seperti sekarang ini. Saya mencoba meraba-raba arti kata cynomadeus. Satu-satunya petunjuk adalah kata amadeus yang secara umum dikenal sebagai nama tengah Mozart.
Musik klasik sangat asing dari tradisi keluarga di mana saya berasal. Hanya saja saat televisi di rumah masih menggunakan aki (baca: akumulator), saya sekali dua kali melihat programa musikal yang menampilkan musik klasik dan jazz. Waktu itu meski sulit untuk bisa menikmatinya, saya tamatkan untuk menyimak.
Beberapa waktu kemudian---dan itu lebih dari 10 tahun kemudian---saya temukan informasi bahwa Cynomadeus merupakan akronim dari Cycle Neo Amadeus. Jadi tidak ada hubungannya dengan anjingnya Mozart. Cyno secara etimologis berasal dari kata Yunani kyon yang berarti anjing.
Sejak sekarang adalah hari-hari Ramadan, saya tergoda untuk melacak suku kata deus pada Amadeus. Apakah ada hubungannya dengan Tuhan? Dan voila, benar saja. Kita temukan dalam Wikipedia:
"Amadeus merupakan nama yang diberikan berkaitan dengan Tuhan yang diambil dari kata-kata Latin ama---bentuk perintah dari kata kerja amare (mencintai)---dan Deus (Tuhan). Sebuah kata majemuk seperti halnya phereoikos [siput, si pembawa rumah]. Nama yang bisa diartikan kecintaan Tuhan, dalam arti lain, seseorang yang dicintai oleh Tuhan atau [kebalikannya] seseorang yang mencintai Tuhan."
Amadeus kurang lebih semakna dengan Habibullah dalam bahasa Arab. Nama yang bagus, tentunya. Hanya saja di satu sisi, sulit bagi saya untuk menahan diri tidak memplesetkan nama lengkap Mozart ke dalam bahasa Arab---khas candaan para santri---sebagai Waliyul Ghani Ahmad Marzuq alias Wolfgang Amadeus Mozart.
Cyanobacteria
Bagai anak-anak didik saya di Kelas IPA---yang dua tahun ke depan sudah tidak akan ada lagi penjurusan kelas sesuai perubahan Kurikulum 2022---barangkali kata Cyanobacteria tidaklah aneh. Menurut laman Gramedia di bagian literasi Cyanobacteria adalah ganggang hijau biru dan tempat hidupnya sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di danau, sungai, laut, rawa, batu dan tanah.
Dekatnya bunyi cyno dan cyano menyeret kembali ingatan saya kepada paparan Tom Chi di TEDxTaipei dengan judul Everything is Connected---Here's How. Chi membahas betapa Cyanobacteria berperan besar dalam keberadaan planet ini sehingga menjadi layak huni.
Bukan hanya itu, Chi pun mengajak kita belajar darinya dalam bereksistensi dan sekaligus berkoeksistensi. Tulisan saya beberapa waktu lalu, Tiga Nasehat dari Semesta, membincang peran Cyanobacteria sebagai salah satu dari tiga pokok pembicaraan Tom Chi di TEDxTaipei tersebut.
Tiga milyar tahun lalu bernafas seperti sekarang ini adalah mustahil. Udara Bumi nyaris tidak memiliki oksigen sama sekali di dalamnya. Jadi kesimpulannya planet Bumi tidak bisa dihuni oleh kita saat itu. Hanya organisme bersel satu saja yang bisa bertahan hidup.
Syukurlah satu dari antara mereka ada yang kita kenal sekarang sebagai cynobacteria. Makhluk bersel satu ini memiliki trik khusus yang kita sebut sebagai fotosintesis, yaitu kemampuan mengubah energi dari matahari dan mengubah karbon dioksida menjadi oksigen.
"Dan sepanjang milyaran tahun, mulai dari dua setengah milyar tahun lalu, sedikit demi sedikit bakteri-bakteri ini menyebar ke seluruh planet ini dan mengubah semua karbon dioksida di udara bebas menjadi oksigen yang sekarang kita miliki.
Dan itu merupakan proses sangat lambat. Pertama, mereka harus mensaturasi lautan, kemudian mereka menyeimbangkan oksigen sehingga dapat diserap oleh Bumi, yang hanya dengan itu, akhirnya oksigen mulai terbentuk di atmosfer," papar Chi.
"Jadi Anda tahu, hanya baru sekitar 900 juta tahun lalu, oksigen mulai terbentuk di atmosfer. Dan sekitar 600 juta tahun lalu, sesuatu yang luar biasa terjadi. Lapisan ozon yang terbentuk dari oksigen mulai dilepas dalam atmosfer.
Dan kedengarannya ini merupakan hal yang sepele, seolah kita berbicara tentang ozon beberapa dekade lalu, namun kenyataannya sebelum lapisan ozon itu ada, Bumi benar-benar tidak dapat menyangga kehidupan yang makhluk bersel banyak dan kompleks," tegasnya.
Leluhur kita yang sangat luar biasa ini, Cyanobacteria mengajarkan kita pelajaran yang sangat penting pula. "Jika sebuah organisme kecil seperti ganggang biru-hijau bisa menciptakan sesuatu seindah dunia yang kita tinggali hari ini," lanjut Tom Chi sebagaimana dikutip oleh Vishen dalam tulisannya 3 Ways Science Now Proves That Nobody Is Insignificant On This Planet, "jangan remehkan apa yang Anda bisa perbuat sebagai manusia, apabila dengan kesabaran dan pengorbanan serupa itu."
Ramadan, Bulannya Amadeus
Ramadan kini memasuki harinya yang ke-23. Kita berpuasa demi Allah. Dan Dia pun menyediakan ganjaran khusus yang tidak seperti halnya ganjaran atas ibadah lainnya. Dalam perspektif sufistik karena ibadah tidak lagi dimaknai penghambaan atau ketundukkan melaikan persembahan atau kecintaan, maka kita adalah pecinta Allah---yang sebagai balasannya kita menjadi kekasih Allah.
Dalam perspektif ini, setidaknya secara bahasa, kita adalah para Amadeus.
Selamat berpuasa, Amadeus!