Bumi Berhujan Ditinggal Ramadan
When the rain is pouring down
Saat hujan turun mengguyur Bumi dengan derasnya
And no one is around
Dan tak ada satu pun planet yang mengalaminya
All the doors are closed
Semua pintu jawaban tertutup untuk pertanyaan adakah hujan di luar Bumi
You're a stranger in this town
Kamu, Bumi, adalah planet asing yang berhujan
Wandering around and you feel lost
Kian kemari mencari kawan yang berhujan, dan untukmu belum ada jawab.
Jam menunjukkan pukul 20.45. Dua hari lalu dan 27 hari sebelumnya, biasanya kita baru selesai Tarawih dan bersantai sejenak. Sebagian orang ada yang makan malam. Menghindari makan sebelum Tarawih agar tidak mengantuk, begitu menurut mereka. Sebagian, ada yang hanya menghabiskan sisa-sisa kudapan. Sementara sebagiannya lagi ada melanjutkan daras Al-Qur'an. Saya sendiri termasuk yang kedua. Bercengkrama dengan kudapan.
Jelang tulisan ini berakhir, hujan mulai mereda. Tinggal tersisa bunyi gemercik air yang jatuh di atas kubangan kecil di bawah talang terdengar seperti outro sebuah lagu. Atau, terdengar seperti isakan tangis. Apakah hujan petang hingga malam ini sebuah tangisan langit dan bumi yang baru saja ditinggal Ramadan?
Nampaknya saya terlalu literalis.