Dodi Putra Tanjung
Dodi Putra Tanjung Relawan

Penggiat Sosial, Relawan dan Pemerhati Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Pasca Pemilu, Masihkah Media Sosial Kita Penuh Berita Hoax dan Narasi Provokasi yang akan Merusak Nilai Puasa Ramadhan?

30 Maret 2024   00:47 Diperbarui: 30 Maret 2024   04:55 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasca Pemilu, Masihkah Media Sosial Kita Penuh Berita Hoax dan Narasi Provokasi yang akan Merusak Nilai Puasa Ramadhan?
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Oleh : Dodi Putra Tanjung

Pemilu telah usai, Presiden dan Anggota Legislatif telah di umumkan oleh KPU. Pihak yang tidak menerima hasil Pemilu punya hak untuk menuntut ke Mahkamah Konstitusi. Tentu dengan memenuhi semua persyaratan yang ditentukan.

Pihak yang kalah, biasanya akan selalu mencari celah kesalahan dari pihak yang menang, tidak puas, itu hal yang lumrah dan wajar. Dan ketidak puasan tersebut bisa disampaikan melalui jalur hukum di Mahkamah Konstitusi.

Namun ternyata pelampiasan ketidak puasan itu juga bergema di jagad media sosial. Rata-rata semua platform media sosial selalu dihiasi oleh narasi-narasi yang disampaikan oleh pendukung pihak yang kalah, dan di counter oleh pendukung pihak yang menang. Semantara yang namanya pendukung tentu tidak semua yang punya kaitan langsung kepada pihak yang kalah ataupun pihak yang menang. Mayoritas hanya pendukung akar rumput, bukan bagian dari tim sukses. Sementara tim sukses baik di daerah ataupun di tingkat nasional, mereka rata-rata adalah aktor politik. Ketika moment bersiteru mereka akan bersiteru, namun di sisi lain mereka adalah rekan sejawat yang tentu pada saat kontestasi berlangsung akan membela habis-habisan pihak yang mereka dukung, dan suatu ketika ketika kompetisi ini usai mereka akan kembali berpelukan.

Yang jadi persoalan adalah pendukung akar rumput ini, tim sukses bukan pengurus parpol juga bukan, tapi perdebatan antara mereka melebihi para tim sukses para calon. Mereka rela dan siap saling hujat di media sosial. Tak cuma berdebat, bahkan kalimat makian kerap juga dilontarkan para netizen ini. 

Dan soal share berita hoax dan narasi provokasi sudah bukan hal yang asing lagi. Beragam isu yang dibuat oleh para netizen pendukung para calon ini. Sumbernya ya dari platform media sosial juga. Bukan dari media resmi. Ini yang kerap di goreng dan diperdebatkan saban hari, mulai dari sebelum pemilu dan sampai saat ini.

Narasi provokasi, berita hoax tentang para calon yang menang dan hasutan serta ujaran kebencian ini bukan lagi suatu hal yang tabu. Kalau ini tidak disikapi dengan baik tentu akan merambah ketatanan sosial masyarakat di dunia nyata. Tidak lagi sekedar di media sosial.

Bahkan di bulan Ramadhan ini, di saat umat muslim sedang menjalankan ibadah puasa, di saat dimana harus menahan diri, narasi provokasi, berita hoax dan ujaran kebencian ini tetap bergulir tak tentu arah.

Lalu apakah itu tidak merusak amalan puasa Ramadhan yang sedang kita jalani?

Kebanyakan dari kita kaum Muslimin mengartikan ibadah puasa adalah menahan diri dari lapar dan dahaga serta syahwat dari mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Namun ternyata menurut Baginda Rasulullah SAW :"Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu (perkataan/perbuatan yang tidak berfaedah) dan rofats.

Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, "Aku sedang puasa, aku sedang puasa", (HR. Ibnu Majah dan Hakim).

Jadi menurut Nabi SAW dalam sabdanya diatas bahwa esensi puasa tidak hanya sekedar menahan makan dan minum saja. Namun puasa itu juga harus mampu menahan diri dari hal-hal lain diluar menahan lapar dan dahaga yang diistilahkan Nabi dalam hadits diatas dengan sebutan Laghwu dan Rofats.

1. Apa itu Laghwu?
Menurut Ulama Laghwu itu adalah Segala hal yang sia-sia atau tidak memberi faedah pada orang yang mengerjakannya baik di dunia maupun di akhirat. Adapun menurut Ulama ahli Tafsir diantaranya Imam Ibnu Katsir menurut beliau Al-Laghwu bermakna Al-Bathil artinya yang tidak berguna. Selanjutnya dijelaskan diantara perbuatan Bathil itu adalah perkataan kotor seperti mencaci maki, mengumpat, ujaran kebencian, perkataan yang menyakitkan dan sebagainya.

2. Apa itu Rofats?
Menurut Imam Ibnu Abbas dalam riwayat Hakim ketika menjelaskan makna Rofats dalam surat  al-baqarah 197, yang artinya ;"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang diketahui, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berdebat di dalam masa mengerjakan haji, ".

"Rafats adalah bersetubuh atau berhubungan seks, fusuq adalah mencaci, sedangkan jidal adalah mendebat atau berbantahan dengan saudaramu sampai membuatnya marah."

Bukankah Nabi pernah menjelaskan dalam sabdanya melalui hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apa pun dari puasanya selain rasa lapar saja.

Dan mungkin salah satu penyebab kebanyakan orang yang berpuasa yang digambarkan oleh Nabi SAW dalam hadist diatas tidak memperoleh apa-apa selain lapar dan dahaga itu adalah karena mereka tidak mampu menahan diri dari perbuatan Laghwu dan Rofats diatas.

Jadi, mari kita jaga jari kita untuk tidak berdebat di media sosial, untuk tidak mempublikasikan berita hoax, narasi provokasi dan ujaran kebencian. Karena dipastikan itu akan merusak nilai puasa Ramadhan kita. Untuk apa kita berpuasa, tapi hanya mendapatkan rada lapar saja tanpa ada nilai pahala di bulan Ramadhan ini. Minimal selain puasa menahan haus dan lapar, mari kita berpuasa juga sejenak di media sosial untuk menahan diri menyebarkan hal yang tidak bermanfaat. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun