Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |
Merasakan Makna Ramadan untuk Pertumbuhan Diri
Bulan ramadan juga mengajarkan kita bahwa "niat" itu adalah gejala penting di dalam diri kita. Sebab, orang yang berpuasa di bulan ramadan sangat dianjurkan berniat di malam harinya. Bahkan ada yang menyatakan tidak sah jika puasa ramadan tanpa berniat di malam harinya.
Sebagaimana anjuran dari imam masjid atau pemimpin ibadah, ketika selepas salat terawih atau setelah salat Isya, yang mengajak kita membaca niat untuk berpuasa di esok hari.
Begitu pentingnya niat sebelum melakukan puasa ramadan, hingga kita yang berpuasa di bulan ramadan harus melafalkan atau membatinkan niat sebelum adzan subuh berkumandang.
Bentuk niat kita dapat berupa ucapan atau doa, juga dapat terlihat dari aktivitas bangun lebih awal untuk makan sahur walau hanya dengan segelas air putih. Saya kira itu adalah momen penting bagi diri kita untuk latihan bertekad.
Pengalaman meneguhkan niat secara rutin di bulan ramadan ini dapat kita adaptasi ke luar ibadah puasa. Misalnya saja kita latihan berniat dan meneguhkan tekad untuk menulis 1-2 artikel dalam satu hari, selama satu bulan penuh.
Mungkin saja, dengan selalu mengulangi niat di setiap malamnya atau di setiap harinya, siapa tahu itu membuat tekad kita makin kuat, kita lebih bersemangat menulis di setiap harinya.
Ketiga uraian makna tersirat dari aktivitas kita di bulan ramadan tersebut kiranya dapat menjadi kebisaan kita, di luar bulan ramadan. Sebab perjuangan hidup kita bukan hanya ada di bulan ramadan.
Salam.
Marendra Agung J.W
10 Ramadan 2023