Dwi Mariyono
Dwi Mariyono Dosen

Doctor at the Faculty of Islamic Religion, Malang Islamic University. This position has been trusted as Head of the Human Resources Division since June 2023

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Hari Raya Idul Fitri: Makna di Balik Fakta

6 April 2024   08:15 Diperbarui: 6 April 2024   08:19 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Raya Idul Fitri: Makna di Balik Fakta
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Oleh: Dr. Dwi Mariyono, M.Pd

Hari Raya Idul Fitri, atau yang lebih dikenal sebagai Lebaran, adalah momen penting dalam kalender Islam yang dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Lebaran tidak hanya merupakan perayaan keagamaan, tetapi juga menjadi momen untuk merenungkan makna yang lebih dalam di balik serangkaian fakta yang terjadi selama bulan Ramadan dan pada Hari Raya itu sendiri.

1. Kehidupan Berpuasa sebagai Bentuk Kedekatan dengan Tuhan

Satu fakta mendasar yang menjadi dasar Hari Raya Idul Fitri adalah ibadah puasa selama bulan Ramadan. Puasa bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum dari fajar hingga matahari terbenam, tetapi juga tentang introspeksi spiritual, pengendalian diri, dan kepedulian sosial. Dalam melakukan puasa, umat Muslim berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan, memperkuat iman dan ketabahan, serta memperbaiki hubungan dengan sesama manusia.

2. Kesadaran akan Keterbatasan dan Solidaritas Sosial

Selama bulan Ramadan, umat Muslim juga mengalami keterbatasan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Dari menahan lapar dan haus hingga mengendalikan emosi dan nafsu, semua ini mengajarkan kesadaran akan keterbatasan manusia. Hal ini menciptakan rasa empati dan solidaritas sosial yang lebih besar terutama terhadap mereka yang kurang beruntung. Zakat dan sedekah yang diberikan selama bulan Ramadan menjadi wujud nyata dari solidaritas ini.

3. Kemenangan atas Dirinya Sendiri

Hari Raya Idul Fitri bukan hanya perayaan akhir dari ibadah puasa, tetapi juga merupakan simbol kemenangan atas diri sendiri. Selama bulan Ramadan, umat Muslim menghadapi berbagai godaan dan tantangan untuk tetap konsisten dalam menjalankan ibadah. Dengan berhasil menyelesaikan puasa penuh selama satu bulan, mereka merasakan keberhasilan dalam menguasai diri dan mengatasi hawa nafsu.

4. Rekonsiliasi dan Pemulihan Hubungan

Lebaran juga menjadi momentum penting untuk memperbaiki hubungan yang mungkin retak di antara anggota keluarga, teman, atau tetangga. Tradisi memaafkan dan bermaaf-maafan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri. Ini adalah kesempatan untuk membersihkan hati dari dendam dan kesalahpahaman, serta membangun kembali kerukunan dan kasih sayang di antara sesama.

5. Bersyukur dan Mensyukuri Nikmat-Nikmat Tuhan

Sebagai akhir dari bulan Ramadan, Hari Raya Idul Fitri juga merupakan momen untuk bersyukur atas nikmat-nikmat yang diberikan oleh Tuhan. Dengan mengalami keterbatasan selama bulan puasa, umat Muslim menjadi lebih menyadari nilai-nilai kehidupan dan berbagai nikmat yang seringkali diambil sebagai kepastian. Lebaran menjadi waktu untuk menghargai keluarga, persahabatan, kesehatan, rezeki, dan berbagai anugerah Tuhan lainnya.

Dengan merenungkan makna di balik fakta-fakta ini, Hari Raya Idul Fitri tidak hanya menjadi perayaan keagamaan, tetapi juga sebuah kesempatan untuk memperkuat iman, meningkatkan kesadaran sosial, memperbaiki hubungan, serta bersyukur atas berkah Tuhan. Semoga setiap umat Muslim dapat merayakan Lebaran dengan penuh kebahagiaan dan kesadaran akan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Selamat Hari Raya Idul Fitri! Taqabbalallahu minna wa minkum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun