Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Guru

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Outfit untuk Taraweh: Bebas Sajalah! Itu Hanya Perhiasan Dunia!

10 April 2023   21:36 Diperbarui: 10 April 2023   21:55 2177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Outfit untuk Taraweh: Bebas Sajalah! Itu Hanya Perhiasan Dunia!
Outlet busana muslim. Foto Dokumen pribadi.

"Wahai, anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi, pakaian taqwa itulah yang lebih baik bagimu! " (QS : al A'raf ; Ayat 6).

Jika kita membahas outfit untuk salat teraweh, rasanya santai sajalah. Kenakan apa saja yang menurut kita pantas dan tidak berlebihan. Asalkan, dari semua pakaian itu, syaratnya haruslah menutup aurat kita.

Yaitu, menutup seluruh badan kecuali telapak tangan dan wajah bagi kaum hawa. Sedangkan kaum pria, lebih bebas, dengan catatan harus menutup bagian tubuh antara pusar dan lutut.

Di ulasan ini bukan untuk memperdebatkan bila ada pertanyaan, berarti pusar dan lutut itu sendiri bukanlah aurat?

Jika seperti itu, pelemik akan tafsir Al Qur'an akan semakin meluas. Justru, fokus saja pada arti kata 'Aurat' itu. Makna sesungguh adalah 'cacat'. Jadi, bagian yang cacat dari anggota tubuh kita itu yang harus ditutupi pakaian.

Berarti pakaian yang kita kenakan dan dikenal dengan pakaian gamis itu adalah pakaian taqwa?.

Jika ada yang betpendapat demikian, istilah itu sah dan wajar saja, namun itu hanyalah sekedar perhiasaan luar dan tidak mewakili keimanan dan ketaqwaan dalam diri kita mulai dari lisan, perbuatan, pikiran, dan hati manusia dari yang mengenakannya.

Coba amati saja!, berapa banyak yang segera berubah alim dengan mengenakan jubah yang longgar ala timur tengah untuk penampilan agar dianggap orang yang paling bertaqwa, beriman dan pasti masuk Surga.

Mau contoh? Masih ingat kasus penggandaan uang dan pembunuhan yang dilakukan oleh Dimas Kanjeng dari Probolinggo? Dia mengaku sebahai ustadz dengan berpakain muslim lengkap beserta surbannya.

Masyarakat yang tidak pandai berliterasi menganggap bahwa dengan mengikuti Dimas Kanjeng pasti akan jadi kaya raya, masuk Surga dan dipandang sebagai muslim yang bertaqwa. Hal ini yang perlu pencerahan akan logika akal pikirannya.

Padahal semua itu hanya tipu muslihat saja demi nafsu duniawi dirinya dengan berpura-pura alim.

Jadi bagaimana sebaiknya dengan outfit salat teraweh kita?

Sudah, bebas saja! Mau memakai sarung dengan baju koko, memakai celana panjang, cingkrang dengan baju biasa atau baju muslim. 

Juga, mau bersongkok hitam, bulat putih, bersurban dan lainnya itu terserah saja asal tidak mengganggu gerakan salat kita.

Permasalahan menjadi muncul pada hubungan sesama muslim, bukanlah pada outfit berbeda yang dikenakannya, melainkan saat ada segolongan yang mengklaim bahwa outfit mereka adalah yang paling sah disebut pakaian taqwa.

Bahkan sampai menjelek-jelekan outfit untuk salat yang dikenakan oleh orang atau kelompok lain. Parahnya, berkoar bahwa harga bajunya paling mahal dan ber-merk. Semakin runyam saja, kan?  

Saat itu terjadi, bisa dipastikan semua akan merasa paling benar dan bertikai sampai melupakan bahwa pakaian itu fungsi utamanya adalah untuk menutup aurat dan sebagai perhiasaan diri kita di dunia.

Untuk itu, marilah di bulan Ramadan yang penuh Rahmat ini untuk saling menghargai, menghormati dan bertoleransi di antara kita semua kaum muslim. Justru, momen saat ini seharusnya ukhuwah Islamiyah di antara kita semakin dipererat.

Salam Ramadan!
Samber thr
Samber 2023 hari 10

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun