Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.
Tradisi Baju Baru Lebaran yang Salah Maksud
"Lebaran sebentar lagi...!, Lebaran sebentar lagi...!"
Itu adalah lirik lagu yang mulai terdengar intens di penyiaran televsi swasta dan media radio. Entah untuk jingle iklan makanan, pakaian atau memang untuk membuka suatu acara menyambut hari lebaran tiba.
Satu hal yang banyak dipersiapkan setelah belanja untuk bingkisan hari raya, persediaan kue di rumah, dan yang terakhir pastilah belanja baju baru. Untuk yang terakhir itu, bisa dilakukan baik belanja langsung di mall maupun secara online.
Kenapa lebaran harus identik dengan baju baru?
Pertanyaan tersebut di atas, sering bergelayut di dalam hati ini. Bahkan ada pernah nyeletuk setengah bercanda,"Siapa sih yang zaman dulu menginisiasi bahwa setiap hari lebaran, semua harus mengenakan baju baru? Akhirnya di era sekarang ini, semua jadi kalang kabut di keuangan!".
Mendengar meme hal itu kita jadi ikutan tersenyum saja. Bagaimana tidak? Semua orang tua pastilah berusaha menyenangkan anak-anak dengan membelikan baju agar mereka senang dan tidak minder bila bertemu dengan teman atau sodaranya.
Apa makna baju baru di hari lebaran itu?
Menyisir tausiyah para alim ulama bahwa pada hari lebaran datang, semua orang yang telah ikhlas menjalankan kewajiban berpuasa selama satu bulan akan mengenakan baju baru.
Mencermati kalimat 'mengenakan baju baru' itu langsung dimaknai sebagai baju atau kain yang dikenakan oleh orang yang secara mentah-mentah dalam memahami narasi tersebut.
Dampaknya, hampir semua orang harus menganggarkan dana untuk pembelian baju baru untuk merayakan hari lebaran, yaitu hari kemenangan bag kaum muslim. Ironisnya, berhutang sekalipun akan dilakukan demi mewujudkan makna kalimat tersebut.