Ahmad Zain Sarnoto
Ahmad Zain Sarnoto Dosen

Dosen Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Direktur Lembaga Kajian Islam dan Psikologi (eLKIP)

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Perginya Sang Ramadhan

23 Mei 2020   13:33 Diperbarui: 23 Mei 2020   13:42 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perginya Sang Ramadhan
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ibarat lomba lari hari ini kita sudah menjelang garis finis, layaknya seorang pelari professional untuk mencapai garis finis yang sudah didepan mata, tentu bersemangat mengumpulkan segenap kemampuan untuk segera sampai digaris finis.   

Itulah ramadhan, ibarat perlombaan akan segara berakhir, dan akan segera keluar siapa pemenangnya.

Ramadhan adalah tamu yang mulia dan jamuan yang berikan hanya untuk orang beriman. Layaknya tamu ramadhan telah kita jamu dengan baik, karena dalam Islam memuliakan tamu adalah perintah dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Ramadhan hadir menyapa kita saat pandemi covid-19 berlangsung, tentu saja mewabahnya virus corona turut mempengaruhi kualitas layanan kita pada "tamu" ramadhan, jika tahun-tahun sebelumnya kita sambut "tamu" ramadhan dengan kemeriahan dan suka cita, masjid, mushola dan langgar serta surau dari kota hingga plosok, begitu maraknya, tahun ini berbalik 180 derajat.

Masjid, mushola, langgar dan surau sepi karena mengikuti anjuran pemerintah dan fatwa majelis ulama Indonesia (MUI) untuk meniadakan aktivitas sholat berjamaah dalam rangka turut mencegah penularan pandemi covid-19.

Ramadhan tahun ini terasa begitu hampa dan sepi, saat tamu istimewa datang kita tidak bisa menjamu dengan maksimal, padahal bisa jadi tamu istimewa "ramadhan" ini datang kepada kita untuk yang terakhir kalinya.

Ramadhanlah yang membuat kita termotivasi untuk beribadah maksimal dan mengubah kebiasaan buruk menjadi baik, dia pula yang membuat kita bersemangat menghidupkan malam untuk mendekatkan diri kepada yang khalik saat  orang lain tertidur pulas.

Ramadhan pula yang mengajarkan kita berbagi dan peduli sesama, saat siang hari dan kita sedang menjalankan ibadah puasa, ada rasa haus dan lapar yang menerpa, saat itulah kita belajar betapa tidak enaknya hidup dalam suasana kelaparan karena tiadanya makannya.

Ramadhan mendidik kita untuk berlaku jujur, karena kejujuran adalah cerminan orang yang beriman dan bertakwa, dalam kehidupan berbangsa dan bernegarapun kejujuran sangat diperlukan, betapa tidak, jika para aparat pemerintah dari tingkat atas sampai daerah, mampu mempraktekan sikap jujur dalam menjalankan amanah, tentu tidak akan ada lagi perilaku korupsi.

Ramadhan adalah kurikulum pendidikan jiwa spiritualitas terbaik sepanjang zaman, karena ia didatangkan oleh Sang Penguasa Alam. Maka, harapan dari Sang Khalik pemberi mandat untuk menjalankan ibadah puasa, menjadi orang yang tertakwa (memiliki kualitas iman yang teguh).

Ramadhan telah menyemangati kita untuk optimis menjalani kehidupan ditengah goncangan badai kehidupan, saat wabah pandemi covid-19 melanda warga dunia termasuk Indonesia, kita harus tetap optimis dan yakin bahwa semua musibah yang menimpa manusia telah ada catatanya di sisi Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an Surat Al-Hadid (57:22), yang artinya: "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kita (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh,yang demikian itu mudah bagi Allah" (QS. 57:22).

Jika kita maknai dari ayat di atas, maka tidak sepatutnya orang yang yakin (beriman), terlalu takut berlebihan menghadapi pandemi covid-19, pada dasarnya corona adalah makhluk Allah SWT sama seperti kita, yang kita perlukan ada kewaspadaan dan menjaga diri mengikuti anjuran para ahli kesehatan, tetapi jangan sampai rasa takut kepada corona melebihi takutnya kepada Sang Khalik.

Ramadhan telah membuka peluang kepada kita untuk berbenah  dan mengevaluasi diri, maka, saat ramadhan akan pergi meninggalkan kita, semoga tamu istimewa "ramadhan" ini meninggalkan kenangan indah berupa perubahan karakter dan perilaku kehidupan sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Selamat jalan ramadhan, maafkan kami yang tidak bisa maksimal menjamumu, padahal kami menyadari keistimewaan hari-hari bersamamu.

Selamat berpisah ramadhan, doaku semoga masih ada waktu dan kesempatan menjamumu dengan maksimal ditahun yang akan datang tanpa pandemi, semoga kebersamaan kita ini di masa pandemi covid-19 ini adalah kenangan terindah yang tercatat di sisi-Nya, dan kami termasuk orang-orang yang mendapatkan predikat takwa.

oleh:  Ahmad zain Sarnoto

Wallahu 'alam bishowah

Bekasi, 30 Ramadhan 1441 H/23 Mei 2020

(penulis adalah Dosen Tetap Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Direktur Lembaga Kajian Islam dan Psikologi (eLKIP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun