Aktivis di Ormas, Pegiat Literasi, Pendididikan di Pesantren NU, Profesional Muda
Langgar Tua Dusun Pacelukan Jadi Monumen Spiritualku
Aku dilahirkan di sebuah dusun kecil bernama Pacelukan letaknya di pinggiran kota kecil Temanggung, Jawa Tengah. Kultur santri dusunku turut masif mewarnai hidup di masa kecilku dan tetap permanen hingga masa tuaku. Kakekku kebetulan yang menjadi imam di langgar tua (musala kuno) satu-satunya tempat ibadah di dusun itu.
Aku masih ingat empat puluhan tahun silam anak-anak seumuranku semua ngaji alif-ba'-ta' dengan kitab turutan hingga khatam alquran di tempat yang sempit itu.
Di bawah penerangan lampu teplok para guru ngaji itu tak kenal lelah menuntunku mengeja dan melafalkan huruf-huruf kitab suci. Kasih sayang dan keikhlasan mereka membuat semua rekaman kegiatan penting di masa penting itu begitu membekas menjadi pembentuk identitas diri.
Setiap saat dari lantai beralas tikar pandan aku dan teman-teman sebayaku selalu mendengar rengeng-rengeng para orang tua menyanyikan wirid bakda solat wajib.
Harap tahu saja, solat jama'ah segenap warga yang dilanjut paduan suara wirid dan tahlil menjadi sajian wajib di langgar yang juga menjadi satu-satunya fasilitas publik masyarakat Pacelukan.
Setiap malam Selasa banyak warga dusun yang telah ber-baiat (ikrar janji) pada guru tarekat (thoriqoh) rutin mengamalkan ijazah guru berupa mujahadah. Mereka memberinya istilah tawajuhan (bertatap wajah pada guru) atau untuk lebih gampang orang dusun juga menyebutnya selasanan sebagai ganti sebutan ibadah mingguan.
Butuh waktu beberapa jam duduk tepekur untuk menyelesaikan dendang mujahadah tarekat tersebut. Anak-anak sebenarnya tidak diperkenankan mengikuti acara tarekat tersebut. Namun karena bacaan mujahadah banyak berupa syair-syair yang dilagukan dengan keras sehingga anak-anak termasuk saya waktu itu banyak yang ikut hafal bunyi dan iramanya.
Kemudian malamnya bakda Isyak dilaksanakan yasinan yaitu pembacaan surat yasin berjamaah bergiliran di rumah-rumah warga. Pada acara malam jumat ini anak-anak pada umumnya diperbolehkan ikut serta. Sebenarnya untuk acara yasinan ini yang jadi dorongan anak-anak ikut hadir adalah jamuannya yang menyediakan aneka jajanan tradisional dan minuman standar teh atau kopi.
Islam langgar
Masih berbilang puluhan acara bermuatan rohani sebenarnya yang tak cukup ruang untuk dideskripsikan satu-satu. Yang jelas semua acara religius itu punya makna khas dan mendalam sehingga mampu menyedot minat segenap masyarakat tempat aku menghabiskan masa kecilku. Semua itu sanggup meninggalkan atsar (bekas) yang terekam dalam ingatan turut mengukir jiwa religiusku.
Sebagai satu-satunya ruang publik di dusunku langgar tua yang hingga waktu itu secara resmi belum diberi nama menjadi pusat kegiatan masyarakat. Hampir semua permufakatan segenap warga dicapai di situ dan banyak kegiatan dilakukan dan dikendalikan dari tempat itu.