RAMADAN

Mulih Riyoyo (Pulang Hari Raya) Pamer Bojo

25 April 2024   16:36 Diperbarui: 25 April 2024   16:38 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mulih Riyoyo (Pulang Hari Raya) Pamer Bojo
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Oleh: Eko Windarto 

Lagu ini dideskripsikan sebagai lagu khas di daerah Jawa Barat, terutama di daerah Subang. "Mulih Riyoyo (Pulang Hari Raya) Pamer Bojo" memiliki irama dan melodi yang unik, serta lirik yang sarat dengan makna filosofis. Lagu ini juga menjadi salah satu lagu terpopuler di daerah Jawa Barat dan sering dinyanyikan dalam acara pernikahan atau acara besar lainnya seperti pada hari raya Idul Fitri.

Data menarik lainnya tentang lagu "Mulih Riyoyo (Pulang Hari Raya) Pamer Bojo" adalah bahwa liriknya berasal dari bahasa Sunda dan Jawa. Pada bagian lirik awal, 'Mulih Riyoyo' dalam bahasa Sunda berarti pulang ke kampung halaman, sedangkan 'Pamer Bojo' dalam bahasa Jawa berarti memperkenalkan calon pasangan. 

Lagu "Mulih Riyoyo (Pulang Hari Raya) Pamer Bojo" juga memiliki tempo yang lambat dan tenang. Hal ini sesuai dengan konteks acara pernikahan atau acara besar lainnya yang biasanya menonjolkan nuansa keindahan dan kehangatan. Dengan lirik yang menyentuh dan melankolis serta melodi yang indah, lagu ini sangat cocok untuk dinyanyikan pada acara yang berkaitan dengan perjumpaan dan perpisahan.

Namun, walaupun dinyanyikan dalam bahasa daerah, lagu ini berhasil menyentuh hati pendengarnya, bahkan dapat dinikmati oleh pendengar yang tidak mengerti bahasa Sunda dan Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa keindahan dan makna dari musik dan liriknya dapat dirasakan oleh siapa saja.

Dalam konteks sekarang, lagu "Mulih Riyoyo (Pulang Hari Raya) Pamer Bojo" kembali populer dan mendapatkan perhatian yang lebih luas, bukan hanya di daerah Subang atau Jawa Barat. Hal ini menunjukkan bahwa musik tradisional masih memiliki tempat yang penting dalam masyarakat Indonesia, bahkan dalam era modern seperti saat ini.

Pengantar Lagu Tradisional Indonesia Selalu Memiliki Tempat Khusus dalam Hati Masyarakat

Salah satu lagu daerah yang kembali populer saat ini adalah "Mulih Riyoyo (Pulang Hari Raya) Pamer Bojo". Lagu ini memiliki lirik yang sarat dengan unsur filosofis, irama yang khas, serta melodi yang indah. Artikel ini akan membahas tentang arti lirik, unsur filosofis, asal-usul lagu, dan kepopuleran lagu "Mulih Riyoyo (Pulang Hari Raya) Pamer Bojo".

Asal-usul Lagu Lagu "Mulih Riyoyo (Pulang Hari Raya) Pamer Bojo" berasal dari daerah Subang, Jawa Barat. Lagu ini biasanya dinyanyikan oleh perempuan dalam rangkaian acara tradisional seperti pernikahan dan perayaan hari raya. Meskipun lagu ini berbahasa daerah, keindahan lirik dan musiknya dapat dinikmati oleh siapa saja.

Makna Lirik Lagu "Mulih Riyoyo (Pulang Hari Raya) Pamer Bojo" memiliki lirik yang kaya makna. Bahasa yang digunakan dalam lirik lagu adalah bahasa Sunda dan Jawa. Pada bagian lirik awal, 'Mulih Riyoyo' dalam bahasa Sunda berarti pulang ke kampung halaman, sedangkan 'Pamer Bojo' dalam bahasa Jawa berarti memperkenalkan calon pasangan. Lirik yang menyentuh dan melankolis membuat lagu ini mudah diterima oleh pendengar.

Unsur Filosofis Selain lirik yang kaya makna, lagu "Mulih Riyoyo (Pulang Hari Raya) Pamer Bojo" juga mengandung unsur filosofis yang dalam. Lirik "Mulih ke sadayan, hatur nuhun sadaya, henteuna abdi lalur" digunakan untuk menunjukkan rasa syukur atas kesempatan berkumpul kembali dengan keluarga dan orang-orang tercinta pada hari raya. Di sisi lain, "Cidra jaku saha sok turpen kareta, teu mande jahe antep ingaran" dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak selalu bisa dicapai dengan memiliki harta dan kekayaan. Pesan dari lirik ini mengajarkan bahwa hidup sebenarnya sederhana dan kebahagiaan bisa dicapai dengan cara lain yang bernilai lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun