Cermin | Pada Ramadan Kali Ini
"Ikuti Mama, ya, sayang. Ushollii sunatattahajjudii rak'atainii lillahi ta'aalaa. " Aku membimbing Nayla. Suaraku agak bergetar. Gadis kecilku itu mengikuti bacaanku dengan terbata-bata.
Malam terus saja bergulir. Tak mampu kuhentikan. Dan itu membuatku ingin memanjatkan doa panjang kepadaNya.
Aku tak beranjak seinci pun dari sajadahku. Tetap duduk terpekur. Menundukkan kepala dalam-dalam.
Ya, doa memang selalu menjadi pengharapan terakhir bagi jiwa-jiwa yang tengah dilanda gundah gulana sepertiku.
"Ya, Allah, ya Robbku...Kumohon Engkau senantiasa menguatkan imanku. Membimbingku agar selalu berjalan di atas jalan yang lurus. Mengampuni segala dosa-dosaku. Menenangkan resah gelisahku.
Ya, Allah, Engkaulah sang pemilik hidup dan mati. Kuatkanlah aku dalam menghadapi segala ujian dariMu. Mampukanlah aku untuk menjalani segala cobaan yang Engkau berikan. La haula wala quwwata illabillahil aliyyil adziim...
Ya, Robbku yang Maha Suci, Aku berserah diri di haribaanMu. Menyerahkan segala keputusan di tanganMu. Jika Engkau masih berkenan meridhoi rumah tangga kami, maka kembalikan dia. Namun jika Engkau tiada berkenan meridhoi kebersamaan kami, maka jauhkanlah dia."
Doa panjang itu hanya kupanjatkan dalam hati. Meski begitu aku yakin, Allah pasti mendengar permohonanku.
Sejenak aku membiarkan airmataku tumpah. Terbayang wajah Mas Ilham, suamiku. Laki-laki yang telah menjadi imamku selama tujuh tahun itu. Terngiang pula kata-katanya tadi siang yang mengagetkanku. Kata-kata yang tak pernah terlintas dalam pikiranku bakal diucapkan oleh seorang seperti dia.
"Aku ingin menikah lagi, Eis. Kuharap kamu menyetujuinya."
Serasa runtuh duniaku. Meski aku tahu, agama kami tidak melarang seorang laki-laki melakukan poligami, tapi sebagai perempuan, tenyata aku tidak siap menerimanya.