Cermin | Misteri Jodoh
Sore itu aku memberanikan diri menemui Emak. Sudah bulat tekatku untuk berta'aruf. Kebetulan Emak sedang berada di dapur menyiapkan hidangan untuk berbuka puasa.
"Didot mau menyampaikan kabar gembira buat Emak," aku membuka percakapan dengan malu-malu. Emak menoleh.
"Ada apa, Dot? Kamu dapat lotre?" Emak bertanya seraya melap tangannya dengan ujung daster.
"Bukan itu, Mak. Ini lebih dari sekadar dapat lotre. Emak bakal dapat mantu.'
"Alhamdulillah. Akhirnya ada juga yang mau sama kamu, Dot! Bersyukur dah, Emak. Kapan rencana mau ta'aruf?"
"Kalau bisa malam ini juga, Mak. Usai sholat tarawih."
Emak mengangguk senang.
Usai menjalankan sholat tarawih, berdua bersama Emak aku berkunjung ke rumah Arumi. Emak membawakan setandan pisang kapok hasil panen dari kebun sendiri sebagai tanda ingin mengikat seorang gadis.
Tapi ternyata aku harus rela menelan kekecewaan. Meski kami diterima dengan baik oleh kedua orang tua Arumi, tapi pinanganku ditolak. Alasannya Arumi sudah dijodohkan dengan seorang pengusaha ternama dari Jakarta.
Aku dan Emak pulang dengan wajah murung.
"Dot, Emak ikut sedih dengan kejadian ini. Tapi mau bagaimana lagi? Jodoh itu di tangan Allah. Emak cuma bisa menyarankan, kamu musti lebih bersabar lagi. Barangkali Allah belum mengizinkanmu ketemu jodoh hari ini. Atau bisa jadi Allah akan memberimu calon pendamping hidup yang lebih baik dari Arumi."