Cermin | Misteri Jodoh
"Amin, Mak. Tengkyu..." aku meraih tangan Emak dan menciumnya dalam-dalam. Berharap mendapat kekuatan.
Di ruang tengah saat hendak merebahkan badan di atas sofa, kudengar suara adik kecilku, Aisyah melantunkan bait syair tombo ati.
Tombo ati iku lima perkarane
Kaping pisan maca Quran lan maknane
Kaping pindho sholat wengi lakonono
Kaping telu wong kang sholeh kumpulono
Kaping papat iku weteng ingkang luwe
Kaping limo zikir wengi ingkang suwe
Beberapa saat lamanya aku tercenung. Alangkah senangnya menjadi bocah kecil seperti Aisyah. Tidak banyak yang harus dipikirkan. Selalu terlihat riang gembira.
Kudekati gadis kecil kesayangan keluarga itu. Kubisikkan sesuatu di telinganya.
"Ais, apakah Bu Guru di sekolahmu yang mengajari syair lagu itu?"
Aisyah mengangguk dan membalas bisikanku, "Iya Kakak, Bu Guru Ais yang cantik dan pintar itu yang mengajariku. Bu Guru yang suka mengenakan kerudung berwarna ungu. Kakak mau tidak berkenalan dengannya?"
Ah, ini bocah. Tidak tahu bahwa kakaknya tengah dilanda gundah gulana masih juga mengajak bercanda.
"Besok pagi Ais minta Kak Didot yang mengantar ke sekolah. Bolehkan, kan, Mak?" Ais menggelandot manja di lengan Emak. Kulihat Emak mengedipkan sebelah mata ke arahku seraya mengumbar senyum.
***
Malang, 20 Mei 2018
Lilik Fatimah Azzahra