Cermin | Surat Cinta untuk Calon Ibu Mertua
"Emak sehat, Dot. Cuma Emak sedikit was-was. Bisakah nanti Emak menjadi mertua yang baik bagi Anisa?"
Mendengar ucapan Emak sontak aku tertawa. Menurutku ini sungguh lucu. Bukankah biasanya calon istri yang mengeluh begitu? Kenapa ini malah calon mertua?
"Didot yakin Emak pasti bisa!" aku berseru lantang. Menyemangati Emak.
"Nanti kalau Emak bersikap kurang baik terhadap anak menantu, kamu harus ingatkan, ya, Dot. Emak nggak mau dicap sebagai mertua durhaka."
Astagfirullah, Emak. Ngakak lagi aku. Baru kali ini aku mendengar kalimat seperti ini. Masa ada pula mertua durhaka?
"Emak jangan khawatir. Anisa itu gadis yang baik. Dan gadis yang baik pasti dapat mertua yang baik pula," aku akhirnya paham kemana arah pembicaraan Emak.
Sebenarnya Emak sedang menyelami hatiku. Menegaskan apakah pilihanku menyunting Anisa itu sudah tepat.
"Emak meragukan aku apa Anisa, nih?" aku tersenyum penuh arti.
"Emak meragukan diri Emak sendiri, Dot. Sebab banyak sekali contoh hubungan yang tidak harmonis antara mertua dan menantu. Emak tidak mau hal seperti itu kelak terjadi pada diri Emak dan Anisa," Emak menatapku tak berkedip.
Duh, gawat. Emak terlihat sangat serius.
Kalau sudah begini sepertinya aku harus bicara dari hati ke hati dengan Anisa. Aku ingin ia ikut membesarkan hati Emak. Setidaknya ikut menghilangkan kekhawatiran yang dirasakan oleh perempuan kesayanganku itu.