Cermin | Air Mata Perempuan Lain
Ragu aku mendekati Emak. Aku tahu Emak pasti masih marah padaku.
"Tidak usah, Nisa. Sebentar lagi buka puasa. Nanti Emak akan minum obat pereda pusing," seperti yang kuduga, Emak menolakku secara halus.
Anisa berdiri. Menghampiriku.
"Dot, usai berbuka nanti kita harus bicara."
Deg. Dadaku berdegup kencang.
Apakah Anisa tahu bahwa aku sebenarnya sangat ingin menemui Arumi?
***
Suasana buka puasa tidak seperti biasanya. Terkesan murung. Aku hanya makan sedikit. Hilang seleraku tersebab pikiranku terbelah. Satu pikiran tertuju pada Arumi. Satunya lagi pada ucapan Anisa.
Kedua-duanya membuatku was-was.
Usai merapikan meja, Anisa mengedipkan mata ke arahku. Ia berjalan menuju ruang tanu. Duduk di sana menungguku.
Aku mengikutinya. Duduk tak seberapa jauh darinya, tanpa berani menatap sorot matanya.