Ketika Ramadan dan Waisak Bertemu dalam Satu "Frame"
Tahun 2020 ini memang merupakan tahun terberat bagi seluruh dunia. Tak terkecuali Ramadan dan Waisak yang sama-sama harus dijalani di dalam lingkaran pandemi. Hal ini sedikit banyak memberikan nuansa dan rasa yang berbeda.
Namun demikian bukan berarti kedua belah pihak lantas surut melangkahkan niatan dan menggerakkan hati. Masing-masing masih bisa berkontribusi melakukan kebaikan, saling support, saling rangkul, saling membantu meski lewat dunia daring.
Sampai di sini terdapat benang merah yang terasa begitu kuat getarannya, antara Ramadan dan Waisak. Ada kesinambungan yang tak kasat oleh mata.
Jika di dalam Islam, jihad teragung di bulan Ramadan adalah mengalahkan hawa nafsu, maka dalam ajaran Budha, pun---pencapaian tertinggi dari spiritualitas seorang Buddhis adalah pengendalian hawa nafsu.
Dan untuk mengalahkan hawa nafsu tersebut dibutuhkan sebuah anak tangga bernama kesabaran.
Itulah mengapa kesabaran menjadi tolok ukur paling akhir bagi agama Islam maupun Budha.
Rasulullah Saw pernah bersabda,
"Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Semua perkara (yang menimpanya) adalah kebaikan baginya. Dan tidaklah hal ini terjadi kecuali hanya pada diri seorang mukmin yang jika mendapat kebahagiaan dia bersyukur, dan jika tertimpa musibah dia bersabar. Maka keduanya itu (bersyukur dan bersabar) baginya jauh lebih baik." (HR. Muslim).
Sedang dalam syairnya Sang Budha mengatakan,
"Kesabaran adalah laku tapa yang paling kudus. Nibbana adalah yang teragung."
Nah, semoga dengan bertemunya dua momen suci yakni Ramadan dan Waisak dalam satu frame ini, mampu meningkatkan iman dan takwa kita agar selalu bersabar, bersemangat dan tetap optimis menghadapi pandemi Covid-19 ini.