Ketika Ramadan dan Waisak Bertemu dalam Satu "Frame"
Hari ini, tanggal 7 Mei umat Budha tengah berbahagia memperingati Hari Raya Tri Suci atau biasa disebut dengan Waisak.
Dan secara kebetulan pula umat Islam sedang menjalani ibadah puasa Ramadan menuju hitungan minggu kedua.
Di kalangan umat Buddha, Waisak atau biasa disebut juga dengan Hari Raya Tri Suci ini adalah salah satu momen sakral yang selalu dinanti-nantikan. Momen di mana para Buddhis mengenang tiga peristiwa penting, yakni:
1. Kelahiran Pangeran Sidhartha Gautama.
2. Pencapaian penerangan sempurna oleh Sang Sidartha pada usia 35 tahun.
3. Wafatnya Sang Budha Sidharta Gautama di Kusinara pada usia 80 tahun.
Peringatan Waisak di Tengah Lingkaran Pandemi
Akan halnya pelaksanaan ibadah puasa Ramadan, perayaan Waisak kali ini pun mendapat imbauan dari pemerintah untuk dirayakan secara mandiri alias di rumah saja.
Mengingat situasi dan kondisi memang tidak kondusif untuk melakukan kegiatan ibadah secara bersama-sama. Imbas dari pandemi Covid-19 yang penyebarannya masih perlu diwaspadai.
Jika sebelum-sebelumnya, umat Budha merayakan Hari Raya Waisak dengan pergi berbondong-bondong menuju wihara-wihara untuk melakukan ritual Puja Bhakti, kali ini ritual tersebut praktis ditiadakan. Mereka cukup melakukannya di rumah saja.
Tahun 2020 ini memang merupakan tahun terberat bagi seluruh dunia. Tak terkecuali Ramadan dan Waisak yang sama-sama harus dijalani di dalam lingkaran pandemi. Hal ini sedikit banyak memberikan nuansa dan rasa yang berbeda.
Namun demikian bukan berarti kedua belah pihak lantas surut melangkahkan niatan dan menggerakkan hati. Masing-masing masih bisa berkontribusi melakukan kebaikan, saling support, saling rangkul, saling membantu meski lewat dunia daring.
Sampai di sini terdapat benang merah yang terasa begitu kuat getarannya, antara Ramadan dan Waisak. Ada kesinambungan yang tak kasat oleh mata.
Jika di dalam Islam, jihad teragung di bulan Ramadan adalah mengalahkan hawa nafsu, maka dalam ajaran Budha, pun---pencapaian tertinggi dari spiritualitas seorang Buddhis adalah pengendalian hawa nafsu.
Dan untuk mengalahkan hawa nafsu tersebut dibutuhkan sebuah anak tangga bernama kesabaran.
Itulah mengapa kesabaran menjadi tolok ukur paling akhir bagi agama Islam maupun Budha.
Rasulullah Saw pernah bersabda,
"Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Semua perkara (yang menimpanya) adalah kebaikan baginya. Dan tidaklah hal ini terjadi kecuali hanya pada diri seorang mukmin yang jika mendapat kebahagiaan dia bersyukur, dan jika tertimpa musibah dia bersabar. Maka keduanya itu (bersyukur dan bersabar) baginya jauh lebih baik." (HR. Muslim).
Sedang dalam syairnya Sang Budha mengatakan,
"Kesabaran adalah laku tapa yang paling kudus. Nibbana adalah yang teragung."
Nah, semoga dengan bertemunya dua momen suci yakni Ramadan dan Waisak dalam satu frame ini, mampu meningkatkan iman dan takwa kita agar selalu bersabar, bersemangat dan tetap optimis menghadapi pandemi Covid-19 ini.
Selamat memperingati Hari Raya Tri Suci Waisak bagi Umat Budha di seluruh Indonesia.
Om Swastiastu, namo Buddhaya.
***
Malang, 07 Mei 2020
Lilik Fatimah Azzahra