Nastar, Kue Kering yang Selalu Menjadi "Super Star" di Hari Lebaran
Alhamdulillah, Lebaran sudah semakin dekat. Sudahkah Anda menyiapkan sajian kue-kue kering?
Dari dahulu kala, sejak zaman nenek moyang kita, menyuguhkan kue-kue kering di hari Lebaran sebagai ungkapan rasa syukur atas datangnya hari raya nan fitri sudah menjadi semacam tradisi. Meski tidak harus. Namun kebiasaan ini tidak pula ditabukan.
Bicara tentang kue kering, saya jadi teringat usaha rumahan si anak wedok.
Yup. Sudah lebih dari satu dasawarsa si sulung berkecimpung di dunia bisnis kuliner kue kering. Dan selama itu pula, sepengamatan saya (ibunya memang lebih suka mengamati dibanding membantu), kue kering yang paling banyak diproduksi--- yang selalu menjadi kesukaan pelanggan adalah Nastar.
Pada obrolan ringan beberapa hari lalu ketika si sulung menyempatkan diri berkunjung ke rumah, kembali saya menanyakan, apakan jelang lebaran kali ini Nastar masih menjadi kue terfavorit? Si sulung mengiyakan. Ia bahkan menjelaskan perbandingan produksi antara kuker Nastar dengan varian kuker lainnya sekitar 3:1.
Sebenarnya tidak mengherankan mengapa Nastar selalu menjadi kue pilihan di setiap momen merayakan Lebaran. Selain tampilannya yang unik--- bulat-bulat gilig, kue Nastar memiliki cita rasa dan aroma wangi yang khas.
Satu lagi, perpaduan tekstur yang lembut di lidah dan selai nanas yang manis-manis asam di dalamnya, menjadikan kuker ini layak bersanding dengan kue-kue kering Lebaran yang lain di atas meja.
Kita coba mengulik sejenak sejarah keberadaan kue Nastar ini, yuk! Sekadar sebagai tambahan untuk pengetahuan.
Menilik dari namanya, Nastar bukanlah kuliner asli Indonesia. Yup, benar! Nastar memang kue khas berasal dari Negeri Belanda.
Nastar atau Nastart dalam Bahasa Belanda berarti perpaduan antara nanas dan tart, diperkenalkan sejak ratusan tahun lalu oleh para penjajah kepada kaum pribumi.
Nastar biasanya dihidangkan pada perayaan-perayaan hari besar tertentu. Semisal perayaan Hari Natal, Lebaran, dan Imlek.
Pada mulanya penampilan Nastar tidak seperti sekarang ini. Nastar di waktu itu berbentuk kue pai dengan selai blueberry atau selai apel di atasnya.
Nah, karena di Indonesia pada masa penjajahan sulit mendapatkan buah-buahan seperti tersebut di atas, maka dipilihlah nanas sebagai penggantinya. Dan berlanjutlah hingga sekarang seiring dengan perubahan bentuknya dari pai menjadi bulat-bulat seperti kelereng.
Iseng-iseng suatu hari saya mengadakan polling di tempat kerja, mengapa Nastar masih menjadi pilihan kue kering terfavorit di hari Lebaran? Jawaban terbanyak adalah, tersebab selain yummy, kue ini bisa bertahan lebih lama. Bisa awet sekitar beberapa minggu.
Soal keawetan kue Nastar ini dibenarkan oleh Si Nduk sulung yang lama bergelut dengan dunia kue kering. Ia menegaskan, Nastar atau kue-kue kerimg lainnya bisa bertahan lama dengan catatan pengemasannya harus benar-benar sempurna. Jika tidak, kue-kue tersebut bisa rusak sebelum waktunya.
Berikut tips dari si sulung agar kue kering bisa bertahan lama.
-Jangan menyimpan kue kering dalam keadaan panas. Diamkan dulu hingga kue benar-benar dingin. Hal ini untuk menghindari kue menjadi lembek akibat uap udara yang masih tersisa.
-Simpan di dalam stoples kering dan kedap udara.
-Hindari menyimpan di dalam wadah plastik biasa.
-Jangan mencampur kue kering dengan kue lembut atau basah.
-Jika tidak segera dikonsumsi, sebaiknya disimpan di dalam kulkas.
Nah, bagaimana? Apakah Anda salah satu penggemar kue kering, khususnya kue Nastar? Jika iya, jaga porsi makan, yaa. Jangan berlebihan. Jangan sampai usai Lebaran nanti gula darah naik tidak terkendali.
Salam hangat dan selalu sehat!
***
Malang, 15 Mei 2020
Lilik Fatimah Azzahra