Memaknai Ramadan dengan Menempa Kesabaran dan Mengekang Hawa Nafsu
Duhai, Ramadan Kareem...
Allah telah memilihmu sebagai bulan istimewa di antara bulan-bulan yang lain. Bulan yang dilimpahi berkah. Bulan penuh ampunan. Bulan yang senantiasa dirindukan kehadirannya oleh umat Muslim di seluruh penjuru dunia.
Setiap Ramadan tiba, yang terlintas di ingatan adalah peristiwa besar itu. Di mana Allah meuurunkan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Saw. Tepatnya pada 17 Ramadan Tahun 610 Masehi.
Di bulan ini pula perintah menunaikan ibadah puasa ditetapkan sebagai salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Perintah yang tertulis di surat Al Baqarah ayat 185.
"Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia serta sebagai pembeda antara yang benar dan yang batil. Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah."
Memaknai Ramadan dengan Menempa Kesabaran
Ramadan memang identik dengan menjalankan ibadah puasa. Namun, tidak seperti ibadah lain yang termaktub di dalam Rukun Islam, ibadah puasa memiliki tantangan paling berat. Sebab dalam praktiknya, ibadah puasa tidak hanya sekadar menahan lapar dan haus, melainkan harus pula mampu mengendalikan hawa nafsu.
Hmm, hawa nafsu, ya?
Ini dia musuh tak terlihat yang ada di dalam diri sendiri, yang kadang sulit untuk ditaklukan. Yang bahkan bisa menjadikan seseorang terjerumus ke dalam perbuatan dosa dan tercela. Cos prinsip kerja hawa nafsu hanyalah mengejar kesenangan semata (pleasure principle).
Di setiap bulan Ramadan Allah menguji dan mengukur sejauh mana umatnya mampu mengendalikan hawa nafsu yang menguasainya. Sekuat apa umatnya bertahan meredam ketidakbaikan demi meraih rahmat, keselamatan, dan kebahagiaan kelak di akhirat.
Bisa dikatakan Ramadan adalah kawah candradimuka untuk menempa diri menjadi insan bertakwa yang lebih baik, seta lebih mengutamakan kesabaran di atas segalanya.