Kehangatan Ramadan di Tengah Pandemi
Marhaban ya Ramadan! Ramadan tahun ini tak jauh berbeda dengan tahun lalu. Pandemi covid-19 masih menjadi bayang-bayang dalam kehidupan masyarakat. Kegelisahan, ketakutan, bahkan kesedihan masih sangat terasa. Masjid dan musala yang biasanya dipenuhi oleh jemaah, kini terlihat sepi.
Sejak awal pandemi ini terjadi, masyarakat diimbau untuk membatasi kegiatan berkerumun, khususnya di wilayah yang termasuk dalam zona merah dan zona kuning. Kegiatan ibadah dianjurkan untuk dilaksanakan di tempat tinggal masing-masing. Hal itu dilakukan untuk memutus rantai penularan virus covid-19.
Indahnya kembang api, lalu lalang muda-mudi berburu takjil, sampai alarm sahur dari masyarakat kampung tak lagi terdengar. Semarak Ramadan bersama sanak dan handai tolan menjadi kenangan yang membekas di sanubari. Namun hal itu tak mengurangi semangat untuk menyambut bulan suci Ramadan.
Meski masih terlihat cukup sepi, puji syukur keadaan saat ini berangsur membaik. Apalagi dengan adanya vaksin yang sudah mulai disebarluaskan ke masyarakat, merupakan secercah harapan untuk segera terbebas dari pandemi ini. Selain mengandalkan vaksin, sikap tertib mematuhi protokol kesehatan juga menjadi hal yang penting.
Lebih peduli, menjadi berkat untuk sesama
Di situasi yang serba sulit seperti ini, kita harus mampu saling menopang dan memberi semangat. Bentuk dukungan tidak melulu soal harta maupun benda.
Dukungan yang sangat dibutuhkan dan memberi kehangatan adalah dukungan moral melalui tuturan maupun tindakan, misalnya memberi ucapan semangat bagi saudara yang berpuasa, saling membantu, saling menjaga dan melindungi, mengasihi satu dengan yang lain. Bentuk kepedulian yang paling kita soroti adalah peduli untuk saling menjaga dan melindungi.
Saat ini, kita dituntut untuk tidak boleh mengedepankan ego. Bulan Ramadan, bulan yang sangat dinantikan. Umat muslim pasti sangat menginginkan bisa menjalankan ibadah dengan lancar, salah satunya bisa menjalankan ibadah di masjid maupun musala.
Boleh saja beribadah di masjid maupun musala, atau berburu takjil sambil menunggu berbuka bersama kawan. Namun tetap perlu diingat, protokol kesehatan jangan sampai ketinggalan: memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan sesering mungkin.
Jangan berlagak kebal dengan apapun, terlebih dengan wabah virus yang saat ini kita hadapi. Bisa saja kita terjangkit tapi tidak menimbulkan efek yang parah, tetapi apakah hal itu akan sama jika terjadi untuk orang lain?
Ciptakan suasana yang hangat, aman, dan nyaman di dalam masyarakat. Ibadah yang sesungguhnya adalah ketika kita mampu berguna bagi sesama. Momentum Ramadan seperti saat ini hendaknya bisa kita manfaatkan sebaik mungkin untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Satu hal yang harus diingat adalah jangan lupa untuk bersyukur, karena masih diberi kesempatan untuk menyambut bulan suci Ramadan meski dalam keterbatasan.