Esti Maryanti Ipaenim
Esti Maryanti Ipaenim Jurnalis

Gaya hidup dan humaniora dalam satu ruang: bahas buku, literasi, neurosains, pelatihan kognitif, parenting, plus serunya worklife sebagai pekerja media di TVRI Maluku!

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Kesalehan Superfisial

17 Mei 2020   22:58 Diperbarui: 17 Mei 2020   23:07 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesalehan Superfisial
Sumber Ilustrasi:  (inspiradata.com) 

Saya tidak ingin mengatakan bahwa orang-orang yang tampak saleh itu seluruhnya adalah superfisial. Saya berlindung pada Tuhan untuk generalisasi buta seperti itu. 

Tetapi, tulisan ini ingin menegaskan betapa seringnya kita sombong dalam beragama. Merasa sudah cukup layak untuk menasihati orang lain yang secara kasat belum cukup tampak saleh.

Standar ganda digunakan oleh orang-orang saleh superficial ini, karena ketika merasa tidak ada yang melihat, kesalehannya tergadai begitu murah.

Dalam ilmu komunikasi yang pernah saya pelajari di bangku kuliah, saya selalu diingatkan untuk tidak memperhatikan apa yang sengaja dikatakan atau ditunjukkan oleh seseorang. Tetapi fokus pada apa yang TIDAK dikatakan dan ditunjukkannya. 

Ilmu komunikasi mengindikasikan begitu banyaknya bentuk penyampaian pesan yang meskipun dirasa nyaman diutarakan tetapi belum tentu reliable atau bisa dipercaya. 

Persis seperti ketika seseorang mengatakan "saya akan datang tepat waktu" hanya agar orang-orang bisa memaklumi ketika ia datang terlambat (karena mereka pikir ia pasti sudah berusaha, setidaknya ia telah mengatakannya sebelumnya).

Namun meskipun telah belajar ilmu komunikasi, saya tetap belum bisa mendeteksi komunikasi yang saling menegasikan seperti apa yang diperlihatkan teman saya itu.

Saya berharap si pemberi komentar di saluran Youtube saya bukan termasuk orang-orang yang saleh superfisial seperti itu. Saya berdoa semoga ia dibukakan kesempatan oleh Tuhan untuk mendapatkan kenikmatan mencintai ilmu, baik itu lewat Al-Quran , kitab hadist, buku-buku fiksi, non-fiksi, ataupun bahkan sekedar bacaan dongeng pengantar tidur.

Karena saya percaya, ketuhanan menjelma dalam setiap sendi kehidupan manusia. Ketika kita membuka mata untuk melihat lebih banyak dan membaca lebih teliti, kita akan semakin yakin bahwa Tuhan dengan ke-Maha Bijaksanaan-Nya, mengajak kita untuk mencariNya dengan ilmu.

Tuhan, semoga di Ramadan ini, kami menjadi pribadi yang mengenalmu dengan ilmu dan terlindung dari sifat menampakan kesalehan yang semu.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun