Fajar Novriansyah
Fajar Novriansyah Administrasi

Pekerja Purna Waktu Sebagai Staf Adminitrasi di Perusahaan Operator SPBU Swasta berlogo kerang kuning. Menikmati suka duka bertransportasi umum, Karena disetiap langkah kan ada jalan, dimana perjalanan kan temui banyak cerita. S1 Manajemen Universitas Terbuka 2014

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Cirebon dan Kuningan, antara Aroma Laut dan Pegunungan

19 April 2023   22:04 Diperbarui: 19 April 2023   22:07 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cirebon dan Kuningan, antara Aroma Laut dan Pegunungan
Diambil dari Laman Unswagati Cirebon 


Ada doa yang mudah dibalik artikel ini, selain semoga dapat di wujudkan ya kita harus semogakan dengan berusaha. Sececah harap bagai kembang api juga sama nadanya seperti artikel artikel lain yang hadir hari ini tentu sama juga dalam usaha berjuang untuk jadi yang terbaik. 

Jika saya diberi kesempatan untuk sekedar staycation walau hanya semalam dan esoknya mesti beranjak lagi saya tidak akan menyesal, kenapa? pilihan saya jatuh pada Hotel Santika Cirebon, selain mudah di temukan dari beragam moda tranportasi di Kota Cirebon juga lokasi paling dinanti di dalam daftar keinginan saya. 

Cirebon bukan hanya sekedar kota udang yang terkenal dengan kerupuk warna warni yang kadang disebut kerupuk melarat lantaran dimasak dalam pasir panas bukan minyak panas, Cirebon juga salah satu kota tertua di Jaw. 

Jika Jakarta dengan Kota Tuanya atau Bandung dengan Braga maka Cirebon cukup spektakuler sebagai salah satu kota walisongo dan sisa sejarah yang melekat pada Keraton keraton serta Bangunan asitektur peninggalan masa kolonial seperti sihir yang membawamu menikmati anggunnya sejarah panjang kota pelabuhan ini. 

Ada empat keraton yang ingin saya kunjungi, bukan hanya belajar sejarahnya tetapi juga menikmati asitektur megah karya leluhur kita. Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Keprabon adalah simbol agung jika dahulu Keseultanan Cirebon pernah tentu diwariskan pada cucu keturunnnya kini. Keempatnya telah menjadi saksi sejarah juga sebagai simbol betapa luhurnya budaya yang pernah hadir di Kota dengan motto Gemah Ripah Loh Jinawi.

Cirebon juga punya keindahan tersendiri dari budaya membatiknya, bahkan kadang saya berfikir jika awan awan yang dikenakan tokoh akatsuki terinspirasi dawi motif batik terkenal ciebon yang berpola awan. Kawasan batik terbesar adalah daerah Trusmi yang juga dikenal dengan Batik Trusmi Cirebon. 

diambil dari laman Travel Kompas
diambil dari laman Travel Kompas

Ada yang saya rindukan dari tiap naik turun di Stasiun Cirebon Siliwangi, walau saya lebih sering naik dari pasar senen turun di Cirebon Prujakan. Lokomotif besar di pintu masuk utama yang membuat saya bernostaliga jalan jalan pergi naik kereta ke Jakarta bersama Nenek untuk menjenguk Ayah ibu di Ibukota, berhubung dari lahir dan besar saya menghabiskan waktu di Kuningan.

Diambil dari laman Radar Cirebon
Diambil dari laman Radar Cirebon

Cirebon juga hanya berjarak sangat dekat dengan Kebupaten Kuningan, tempat saya lahir dan dibesarkan. Cuaca yang berbeda dari Cirebon yang panas beraroma pesisir serta Kuningan yang adem dan beraroma gunung menjadikan keduanya sebagai antitesis yang seksi lagi sebagai pelengkap satu sama lainnya. Telaah daerah gronggong di dekat batas keduanya, bukit bukit yang menawarkan banyak panormana indah landscape Cirebon di setiap tanjakan arah menuju Kuningan. 

Karena bertetangga tentu saja kedua kuliner yang khas masing masing akan sangat mudah ditemui, baik Empal Gentong Khas Cirebon atau Hucap Kupat Tahu Kuningan diantar kedua nya juga tersedia Nasi Jamblang, Nasi Kucing Luragung dan tentu saja primadona Nasi Lengko yakni nasi dengan potongan tahu, tempe, mentimun, toge dan disiram kuah kacang dan kecap jika berkenan tambah dengan sambal. Saat menulis bagian ini saya sampai ngiler, aduh gusti ngeunahnya walau hanya bisa saya bayangkan kini.

Gedung Naskah Linggarjati juga menjadi saksi mengenai perjuangan Republik Indonesia dalam memperjuangkan pengakuan secara internasional. Lokasinya yang di kaki gunung Ciremai dan bangunannya tua membuatnya terlihat khas dan rupawan, walau kadang saya masih merinding jika mengingat tour kedalam rumah tersebut. Linggarjati juga sebagai salah satu pintu masuk ke titik pendakian gunung tertinggi di jawa barat tersebut.

Masih banyak daerah luar biasa yang bisa dikunjungi di kedua wilayah ini, list saya akan panjang dan tidak mungkin dijelajahi dalam sehari dua hari. Mungkin apabila diberi kesempatan akan ada Jalan jalan berikutnya dan nostalgia lagi berikutnya. 

Dari tempat tempat wisata berbasis alam mulai situ, air terjun, sungai serta khas alam pegunungan di Kuningan, Budaya sejarah pantai dan Keraton di Cirebon keduanya saling melengkapi. Dengan segala keindahan yang pernah terekam di ingatan saya ini semoga dapat rekan rekan Kompasianer.

Jangan lupa mampir juga di laman rekan kompasianer lain hari ini, banyak destinasi dan tips bertebaran untuk membuatmu makin galau, lantaran tempat tempat yang di tawarkan menarik, eksotis dan tiada duanya. Hayo jadi mau liburan kemana?

Salam Super Salam Semangat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun