Harga Gula Naik tapi Lupa Turun, Ada yang Bermain?
Harga berbagai kebutuhan pokok di tengah pandemi Covid-19, ini memang tak melonjak seperti bulan Ramadan tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Prediksi Bank Indonesia (BI), inflasi Ramadan 1441 H atau tahun 2020 ini cenderung terkendali, tak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Sejalan dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah, inflasi diperkirakan akan lebih rendah dibanding Ramadan tahun-tahun sebelumnya.
Artinya harga-harga kebutuhan pokok seperti beras, terigu, dan minyak goreng tak naik bahkan untuk cabe, daging ayam harga di pasaran cenderung turun.
Namun di tengah kebutuhan pokok yang cenderung turun, ada satu komoditas pokok yang harganya terus melambung, yaitu gula pasir.
Harga gula pasir dalam 3 bulan terakhir ini terus menunjukan trend kenaikan. Hal itu disebabkan oleh pasokan yang sempat bermasalah karena proses impor sempat bermasalah dan pasokan dari dalam negeri juga sangat kurang karena di luar musim giling tebu.
Di tempat saya di wilayah Depok, di beberapa supermarket bahkan stok gula kemasan bermerk, kosong. Sementara di Pasar Kemiri salah satu pasar tradisional besar di kota Depok hanya menjual gula curah dengan harga cukup tinggi Rp.18.000 per Kg. Naik hampir 50 persen dari harga normalnya Rp.12.500 per Kg.
Sementara berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Nasional per tanggal 27 April 2020, harga rata-rata nasional gula pasir nasional ada di angka Rp. 18.700 per Kg.
Harga tertinggi terjadi di Papua Barat yang menembus Rp. 22.500 per Kg dan di Kalimantan Tengah mencapai harga Rp. 20.150 per Kg.
Harga terendah tercatat di Provinsi Lampung Rp.16.500, sementara di lumbung gula nasional Jawa Timur, harganya masih bertahan di harga Rp 17.150 per Kg, jauh diatas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah yang sebesar Rp.12.500 per Kg.
Kondisi ini menurut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, bisa terjadi karena negara asal Indonesia mengimpor gula sedang menerapkan kebijakan lockdown untuk mencegah penyebaran Covid-19.
"Karena importir kita lockdown, penutupan pelabuhan sehingga terlambat pengiriman," kata Syahrul, Minggu (26/04/20) Seperti yang dilansir CNBCIndonesia.com.
Sementara Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, menegaskan bahwa Kementerian yang dipimpinnya kini tengah melakukan intervensi terhadap distribusi gula.
Untuk terus menekan harga gula kembali ke harga HET, Mendag Agus Suparmanto telah melakukan berbagai upaya, antara lain memberikan kemudahan ijin impor gula walaupun sudah terealisasi namun masih kurang dan belum mampu memenuhi kebutuhan pasar.
"Kita tahu bahwa di tengah kondisi saat ini, banyak negara melakukan lockdown sehingga proses impor pun terhambat atau mundur dari waktu yang ditentukan," ujar Agus di Jakarta, Selasa (28/04/20). Seperti yang dilansir Pikiran-rakyat.com
Selain karena alasan kebijakan lockdown di negara asal impor, ada kabar yang menyesakan, perusahaan negara alias BUMN yang seharusnya ikut serta menstabilkan harga gula, malah ikut bermain menaikan harga gula.
PTPN II Sumatera Utara salah satu psrusahaan BUMN melelang gula pasir di atas HET nasional, BUMN itu menjual harga gula pasir di harga Rp. 12.900, akibatnya harga gula di tingkat konsumen mencapai harga Rp. 17.000 hingga Rp.18.000 per Kg.
"Sempat kami police line, kami sudah beritahu. Satgas di Sumatera Utara untuk proses ini," ujar Ketua Satgas pangan Brigjen Pol Daniel Tahi Monang Silitonga di Jakarta (28/04/20).
Harga gula ini sepertinya menjadi momok bagi pemerintah Indonesia, karena lonjakan harga itu sepertinya tak bisa terkontrol bahkan bulan Maret 2020 lalu gula sempat hilang dari peredaran alias langka di pasaran.
Menurut Ketua Kadin Roeslan Roslani, seharusnya pemerintah sudah bisa mengantisipasi menipisnya stok gula dalam negeri.
Selain itu pastinya pemerintah sudah tahu persis musim giling tebu baru jatuh pada bulan Mei. Apalagi kemarin sempat terjadi panic buying.
Seharusnya itu sudah diantisipasi dengan melakukan impor sebelum harganya melejit seperti saat ini.
Saat ini untuk menekan harga jual gula pasir di tingkat konsumen, pemerintah akan melakukan impor sebanyak 250 juta ton dan di perkirakan akan sampai 3-4 minggu yang akan datang.
Semoga dengan tindakan pemerintah ini, dapat mengontrol harga gula kembali ke HET Rp.12.500 sehingga masyarakat yang kini sedang dalam posisi kesusahan dapat menikmati gula dengan harga murah.