Dzulfikar
Dzulfikar Full Time Blogger

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Biji Salak, Takjil Buka Puasa Paling Laris, Murah dan Enak

12 Mei 2019   22:18 Diperbarui: 12 Mei 2019   22:44 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biji Salak, Takjil Buka Puasa Paling Laris, Murah dan Enak
Berburu Biji Salak / Dok. Pribadi

Kalau di Bandung, makanan khas berbuka puasa biji salak ini disebut juga dengan nama candil. Resep biji salak pun sebetulnya termasuk praktis dan sangat mudah dibuat. Bahan-bahanya dari ubi yang dikukus, tepung kanji dan garam kemudian diolah menjadi bentuk adonan. Barulah dibuat menjadi bentuk bulatan seperti biji salak.

Biji salak bisa juga disajikan dengan bubur sum-sum. Selain menjadi menu buka puasa paling laris, pada hari biasa, biji salak bisa disantap sebagai menu sarapan. 

Yang bikin nagih itu karena sensasi kenyal dan rasa manis dari gula merah serta sedikit rasa gurih dari santan dan wangi daun pandan yang menyeruak.


Seiring dengan inovasi kuliner, kini malah sudah ada sajian biji salak ubi ungu. Terus terang saya belum penah mencobanya. Tapi, rasanya pasti lebih manis jika menggunakan ubi Jepang. Tanpa menggunakan terlalu banyak gula, rasanya malah jadi lebih sehat.

Kebetulan hari ini (12/5) saya bisa ngabubrit bareng si sulung yang juga ingin mencari takjil favoritnya, tahu bulat. Sementara itu istri saya meminta dibelikan Sate Ayam Madura langganan di dekat rumah.

Suasana pasar takjil di daerah Pamulang ini tak kalah ramai dibandingkan dengan pasar takjil di Bendungan Hilir Jakarta. Apalagi sore harinya baru saja selesai hujan. Beruntung hujan reda setelah pukul 16.30 sehingga semua orang bisa ikut belanja takjil yang disukainya.

Biji Salak Favorit / Dok.Pribadi
Biji Salak Favorit / Dok.Pribadi
Sejujurnya sehari-hari saya jarang sekali belanja takjil. Buka puasa di kantor cukup dengan sajian kurma dan kadang-kadang kantor menyediakan sajian berbuka secara gratis berupa kolak, kue kering dan teh manis panas. 

Uniknya, sajian buka puasa ini juga diserbu oleh beberapa teman-teman yang non muslim hahahaha. Entah mengapa mereka seperti merasakan nikmatnya berbuka puasa bersama, untuk tidak menyebutnya doyan makanan gratisan.

Bagi saya yang sudah berpuasa, tidak merasa masalah dengan kondisi demikian. Meskipun saya harus antre di belakang orang yang tidak berpuasa hahahaha.

Justru saya berpikir, ujian puasa itu kadang-kadang malah lebih berat saat setelah berbuka. Jika saya marah karena merasa paling berhak mendapatkan takjil, artinya saya tidak akan mendapatkan apa-apa dari puasa yang saya lakukan selain lapar dan haus.

Begitu juga ketika kemarin buka puasa di luar. Anak-anak saya sudah uring-uringan tidak mendapatkan tempat yang nyaman, karena hampir semua meja di restoran yang kami pilih sudah terisi penuh. Nah, menariknya justru beberapa meja penuh oleh saudara-saudara non muslim yang sedang santap jelang malam.

Sempat sih dalam hati ini berguman "Ya mbok udah tau pada gak puasa itu, mikir dong! Kasih kesempatan buat yang sudah seharian menahan lapar" hahahaha.

Ya, tapi untuk apa juga saya berpikiran seperti itu. Toh, restoran adalah tempat umum yang bisa didatangi oleh siapa saja tanpa melihat latar belakang suku, bangsa apalagi agama. Aturan di restoran sudah jelas, "First come, first serve". 

Jadi rasanya juga tidak tepat jika kita yang berpuasa, marah-marah sama yang tidak puasa gara-gara tidak kebagian tempat saat berbuka.

Kalau kita ingin seperti itu, artinya kita juga harus sadar diri. Misalnya saat perayaan Natal. Beberapa kali saya sempat juga melihat ada rombongan teman-teman non muslim yang tidak kebagian tempat duduk di-sebuah restoran. 

Tampaknya mereka memang ingin makan bersama usai ibadah Natal. Sementara kursi dan meja sudah terisi penuh oleh kita-kita yang tidak natalan dan menikmati libur. 

Maka, bagi saya takjil, berbuka puasa adalah milik umat. Kita bisa merasakan nikmatnya berpuasa di Indonesia karena kita semua beragam suku agama dan bangsa yang menjunjung toleransi.

Lonton dan aneka gorengan untuk berbuka / dok.pribadi
Lonton dan aneka gorengan untuk berbuka / dok.pribadi
Alhamdulillah, dasar sudah rejeki, pada akhirnya kemarin saya mendapatkan juga meja dengan tempat yang cukup baik sekitar 10 menit sebelum bedug  Magrib. Buah kesabaran memang tidak pernah ingkar janji.

Tuh kan betul, jadi orang yang terlihat buru-buru menyelesaikan makannya itu juga pasti merasa kok harus segera menyediakan tempat bagi orang yang sedang berpuasa dan ingin segera berbuka. So, sabar aja ya bosque kalau mengalami hal seperti itu.

Nah, balik lagi ke soal takjil, akhirnya saya mendapatkan beberapa makanan, yaitu:

  1. 1 Gelas Biji Salak Rp7.000
  2. 2 Buah Sosis Solo Rp3.000
  3. 4 Buah Kue Lumpur Rp5.000
  4. 10 biji cilok Rp5.000
  5. 4 Tahu Prumpung Rp8.000
  6. 25 Tusuk Sate Ayam Madura Rp42.000 (Untuk buka dan sekalian Sahur)

Total semuanya sekitar Rp70.000. Menu ini disantap oleh 5 orang anggota keluarga. Sengaja beli lauk saat berbuka sekalian untuk lauk sahur hahahaha. Cari yang praktis aja deh.

Kira-kira apa takjil favorit pilihan Kompasianer?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

15 March 2024

MYSTERY CHALANGE

Mystery Challenge | Video Youtube to KGNow Semarak Pasar Takjil
ramadan bercerita 2024  ramadan bercerita 2024 hari 5 
16 March 2024
Lokasi Ngabuburit Favorit
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 6
17 March 2024
Menu Sahur Tinggi Serat
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 7

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun