Fikri Hadi
Fikri Hadi Dosen

Dosen Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya || Sekjen Persatuan Al-Ihsan. Mari turut berpartisipasi dalam membangun pendidikan, sosial, ekonomi umat di Persatuan Al-Ihsan.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Hikmah Ramadan: Teladan Kehidupan Keluarga Umar bin Khattab RA sebagai Pejabat Publik

12 April 2023   16:15 Diperbarui: 12 April 2023   16:28 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hikmah Ramadan: Teladan Kehidupan Keluarga Umar bin Khattab RA sebagai Pejabat Publik
Makam Umar bin Khattab r.a., Khalifah Kedua pada masa Khulafaur Rasyidin - satu kompleks dengan Makam Rasulullah Muhammad SAW dan Abu Bakar r.a. (Sumber : Situs Bincang Syariah)

Dengan nasihat yang meyakinkan, gubernur itu membalas surat Umar. Intinya, dia meminta maaf dan berjanji akan mengoreksi perbuatannya.

Setahun kemudian, gubernur Yaman itu kembali kepada Umar, tetapi kali ini dengan berpakaian compang-camping. Umar lantas menegurnya dengan berkata, "Aku tidak mengharap keadaanmu sampai seperti ini. Demikian juga sebaliknya, aku tidak menginginkan hidupmu berlebih-lebihan."

"Yang aku harapkan kepada seluruh gubernur kita hidup secara layak dan wajar. Tidak menunjukkan kenistaan, tetapi tidak pula bermegah-megahan. Kalian boleh makan, minum, dan memakai wangi-wangian. Dalam tugas kalian nanti, kalian akan mengetahui apa yang aku benci," demikian katanya lagi. Demikian dikutip dari buku Menyusuri Jejak Manusia Pilihan, Umar Bin Khattab karya Abbas Mahmud Aqqad.

Dari riwayat kisah-kisah tersebut dapat disimpulkan bahwa, pertama, seseorang muslim seyogyanya tidak tampil bermewah-mewahan. Kedua, sekalipun harta yang diperoleh secara halal, namun seorang pejabat publik atau seseorang yang berada di lingkungan keluarga pejabat publik harus bisa menempatkan diri di masyarakat, termasuk bila dalam konteks sekarang, ia tidak pantas untuk memamerkan harta kekayaannya sekalipun itu dari kausa yang halal. Sebab kondisi di tengah masyarakat masih banyak yang kekurangan. 

Perilakunya terikat karena sebagai seorang pejabat publik atau bagian keluarga pejabat publik. Ketiga, sederhana bukan berarti menjadi seseorang yang miskin, melainkan mampu menempatkan diri agar tetap pantas dalam batas kewajaran. Sebab Islam menghendaki agar seseorang menjadi kaya agar tidak menjadi beban bagi orang lain serta diharapkan dapat membantu orang lain yang dalam kekurangan.

Semoga pelajaran dari Umar bin Khattab tersebut dapat dipetik hikmahnya oleh para pejabat publik beserta keluarganya. Wallahu A'lam Bishawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun