Firman Rahman
Firman Rahman Lainnya

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Mengelola Keuangan dengan Tepat, Finansial Ramadan Terjamin, Lebaran pun Tenang

16 April 2023   10:15 Diperbarui: 17 April 2023   22:45 2242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengelola Keuangan dengan Tepat, Finansial Ramadan Terjamin, Lebaran pun Tenang
Ilustrasi mengatur keuangan selama ramadhan (Sumber: shutterstock)

Membahas tentang finansial, termasuk di dalamnya menabung, investasi, persiapan dana darurat dan juga pengelolaannya selalu menjadi topik menarik, namun yang menyedihkan adalah hanya orang-orang tertentu saja yang tertarik dengan pembahasan ini. 

Begitu pula dengan kali ini, mengelola keuangan dengan tepat, finansial Ramadan terjamin, Lebaran pun tenang, seolah menjadi angin lalu yang malas untuk dibicarakan.

Mengapa pembahasan seperti ini dianggap hanya angin lalu saja, datang ketika dibutuhkan dan dilupakan setelah didapatkan? 

Fenomena ini sebenarnya sama dengan karakter setiap orang saat sudah mendapatkan apa yang dia inginkan, uang misalnya.

Uang memang menarik, selalu membius setiap orang yang mendapatkannya, maka dibutuhkan sebuah financial education agar bisa mengelola dengan baik. 

Ramadan, lebaran, dan mudik adalah suatu rangkaian aktivitas tradisi yang membutuhkan dana besar, yang harus direncanakan. Bahkan beberapa orang banyak yang menyampaikan bahwa segala persiapan harus dilakukan untuk menyongsong acara besar tradisi satu tahun sekali ini.

Mengapa Harus Sehat Finansial Saat Ramadan dan Lebaran?

Sebenarnya kehidupan sehari-hari sudah banyak yang mengajarkan untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang, namun faktor lingkungan, pengaruh gaya hidup, serta lebih mengedepankan keinginan dari pada kebutuhan seolah mengesampingkan hal ini, dan di saat mulai harus mempersiapkan dana, maka menjadi kelabakan yang ujung-ujungnya berhutang dan malah merugikan dirinya sendiri pada kemudian hari.

Ilustrasi mengelola keuangan (Sumber: yourspost.com)
Ilustrasi mengelola keuangan (Sumber: yourspost.com)

Yang menjadi pertanyaan penting saat ini, "Mengapa finansial keluarga harus sehat apalagi saat Ramadan?"

Sebenarnya jawabannya sangat mudah, dengan finansial yang sehat, Anda akan lebih tenang, lebih fokus dalam ibadah, lebih khusyuk dan tidak terganggu oleh hal-hal yang tidak penting.

Bagaimana Anda bisa khusyuk beribadah, bila kondisi keuangan kembang kempis, kurang dana untuk biaya hidup, apalagi untuk mudik atau memberi sedikit uang untuk orang tua.

Kata kunci dalam hal ini agar kondisi keuangan stabil adalah "matang dalam mengelola keuangan".  

Dari beberapa referensi yang berkaitan dengan pengaturan keuangan untuk keluarga, terdapat dua aturan penting yang harus Anda ikuti, yaitu:

  • Menambah pendapatan. Atau,
  • Menghemat pengeluaran.

Apabila dua unsur ini bisa dipenuhi, yakinlah bahwa neraca keuangan keluarga tidak akan defisit.

Cara Mengelola Keuangan Sederhana

Banyak cara yang dilakukan setiap orang dalam mengelola keuangan, beda orang beda cara. 

Kita tidak bisa men-judge cara orang dalam mengelola keuangan, karena pada inti akhirnya adalah "bagaimana orang tersebut tidak merasa kesulitan keuangan lagi dan tidak merepotkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya, apalagi dengan berhutang."

Ada cara mudah mengelola keuangan yang bisa dilakukan setelah gajian atau mendapat penghasilan, khususnya mempersiapkan hal-hal penting atau acara-acara penting seperti Ramadan dan Mudik Lebaran, yaitu "Metode Amplop", dengan membagi uang tunai tersebut ke dalam amplop-amplop khusus. 

Masing-masing amplop diisi sesuai jatah untuk keperluan tertentu, misalnya untuk zakat, jatah untuk orang tua, tabungan bulanan, santunan anak yatim, dan seterusnya. Dengan cara ini, biaya untuk kebutuhan tidak akan tergerogoti untuk jatah kebutuhan lainnya.

Atau bisa dikombinasi dengan mencatat pengeluaran, tentu saja apabila dikelola dengan rapi, maka yakinlah berapa pun pendapatan, tiap bulan Anda pasti bisa menyisihkan uang untuk ditabung.

Disinilah pentingnya menabung, masih ingat dengan kata-kata orang dulu, bahwa "bekerja untuk 11 bulan, untuk 1 bulan beribadah selama puasa Ramadan"? 

Pengalaman ini seperti yang dilakukan pada orang tua kami yang kebetulan seorang pedagang. Pada 11 bulan tersebut benar-benar berusaha dengan sekuat tenaga untuk bkerja, dan pada 1 bulan berikutnya tinggal fokus untuk beribadah dengan khusuk di bulan Ramadan yang suci ini.

Tentu saja penghasilan yang didapat tidak dihabis-habiskan demi satu bulan tersebut, tetapi dikeluarkan sesuai kebutuhan.

Dan yang didapat tersebut disisihkan dalam bentuk tabungan, yang juga diatur untuk berbagai keperluan selain untuk kebutuhan puasa Ramadan dan lebaran, seperti dana untuk ibadah haji, pendidikan anak, bahkan dana untuk kurban di Hari Raya Idul Adha pun dipersiapkan sedikit demi sedikit dengan cara menabung.

11 bulan, lama dong? Memang butuh waktu yang lama, tapi yakinlah dengan cara sederhana itu, semua rencana bisa dilakukan dengan lancar tanpa beban, dan finansial yang sehat saat Ramadan pun bisa dicapai.

Hemat dengan Pengeluaran, Lupakan Gengsi

Berbicara tentang pemasukan, ada satu lagi yang berhubungan dengan hal ini, yaitu pengeluaran. Di masa yang katanya saat ini serba sulit, dan sangat sulit mendapatan penghasilan tambahan, maka hanya ada satu cara yang bisa dilakukan, yaitu dengan menghemat pengeluaran.

Mending memilih gaya hidup sederhana dan kehilangan gengsi, daripada saat puasa Ramadan dan pada hari raya kebingungan memenuhi kebutuhan.

Tips Aman Mengelola Keuangan Saat Ramadan

Yang sangat penting dalam pengelolaan keuangan ini, adalah:

Merencanakannya dengan matang, dan jangan sekali-kali menerapkan prinsip 'NANTI SAJALAH!!!'

Terdapat beberapa tips yang bisa Anda coba untuk mengelola keuangan tidak hanya saat Ramadan saja, dengan mengutip apa yang disampaikan Muhamad Ichsan, Konsultan Perencana Keuangan dari Prime Planner, yaitu:

Pertama, biasakan untuk berpikir jangka panjang.

Penelitian AC Nielsen di Asia Tenggara, membuktikan bahwa gaji kaum profesional Indonesia umumnya lebih rendah bila dibandingkan dengan para profesional di negara lain. Namun tingkat konsumsi mereka lebih tinggi.

Jika punya uang, mereka ini cenderung konsumtif dan lebih banyak membelanjakannya. Perkara esok tak punya uang, itu urusan nanti. Umumnya mereka tidak punya bayangan jika ditanya tentang rencana 10 sampai 20 tahun ke depan, tapi inilah perencanaan keuangan.

Kedua, menabung dulu, belanja belakangan.

Menabunglah sejak dini karena punya banyak keuntungan. Pada masa Ramadan dan menjelang lebaran inilah menjadi contoh kecil, bagaimana dana simpanan menjadi penting, apalagi di saat resesi seperti ini yang pendapatan banyak yang berkurang.

Bagi yang masih karyawan, mengandalkan bonus atau THR juga semakin kecil, disini menjadi penting mengapa tabungan itu harus disiapkan.

Banyak masyarakat yang masih berpikir sebaliknya, yaitu begitu menerima gaji, langsung membelanjakanya. Jika ada sisa baru ditabung. Nah kini, cara ini harus diputar 180 derajat. Menabung harus masuk daftar pertama setelah menerima gaji.

Tabungan ini pun harus dipisahkan dalam rekening khusus dan tidak boleh diutak atik untuk belanja

Ketiga, bedakanlah kebutuhan dan keinginan.

Susah ya? Memang susah, namun hal ini harus dipaksakan, apalagi bila Anda sampai saat ini masih sulit membedakan mana kebutuhan (need) dan mana keinginan (want). 

Kebutuhan adalah sesuatu yang harus dimiliki. "You have to have it." Sedangkan keinginan adalah sesuatu yang tidak harus dimiliki, namun membuat puas bila memilikinya. "It's nice to have it."

Keempat, dokumentasikan keuangan keluarga.

Sepertinya kelihatan sepele, tetapi manfaat dokumentasi ini tidak seremeh kelihatannya lho. Tentu saja tidak sedetail seperti seorang akuntan, tapi yang penting, catatan ini bisa memberi gambaran untuk kita saat melakukan evalusi.

Apabila terjadi defisit anggatan, catatan ini akan membantu mengidentifikasi penyebab pengeluaran menjadi terlalu besar.

Kelima, sesuaikan dengan kemampuan.

Tentu saja kalimat ini biasa kita dengar dan disampaikan orang-orang untuk bisa menyesuaikan pemasukan dengan pengeluaran. Dan dengan mempertimbangkannya, maka keuangan keluarga menjadi aman terkendali.

Puasa Ramadan Sudah Hampir Selesai, Lebaran Sudah di Depan Mata

Tentunya membicarakan puasa Ramadan dan Lebaran seperti membeli paket makanan yang dua-duanya harus dibeli dan tidak bisa ditawar, begitu pula dengan momen ini, menyiapkan Ramadan berarti harus pula mempersiapkan lebaran.

Bila kondisi mengharuskan Anda untuk berbelanja saat Ramadan sebelum lebaran, maka perlu kiat tersendiri agar sesuai dengan rencana, antara lain:

Usahakan tidak berbelanja mendadak.

Jangan berbelanja pada detik-detik terakhir menjelang hari raya, karena dapat dipastikan harga akan membumbung tinggi. Maka sangat disarankan untuk berbelanja jauh hari.

Buatlah daftar belanjaan yang akan dibeli.

Membuat daftar ini akan sangat bermanfaat, khususnya bila anda penganut "waktu adalah uang", dan juga membuat waktu lebih efisien karena bisa menemukan barang secara lebih cepat.

Perhatikan pula waktu belanja.

Berbelanjalah di awal waktu sebelum mall buka, sekitar jam 10.00 sampai dengan pukul 12.00, karena semakin sore kemungkinan yang berbelanja semakin banyak.

Teliti dalam membeli.

Jangan pernah kehilangan sifat teliti, meskipun Anda sedang terburu-buru.

Semoga sedikit catatan tentang "mengelola keuangan dengan tepat, finansial Ramadan terjamin, Lebaran pun tenang" ini bermanfaat dan bisa menjadi referensi dalam mengatur keuangan yang tidak hanya berguna saat Ramadan dan Lebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun