Temukan Makna di Bulan Syawal dengan Saling Maaf-Memaafkan
Ada apa dengan "maaf"? Selama ini kata 'maaf' sering menjadi senjata bahkan alasan untuk menghindari sesuatu. Namun, kata maaf bila digunakan dengan tulus dan penuh keikhlasan akan menentramkan hati, baik yang meminta maaf dan yang dimintai maaf. Maka temukan makna di bulan Syawal dengan saling maaf-memaafkan, terlepas dari apa pun keadaan, waktu dan kondisinya.
Bisa memberi maaf orang lain pun sama, diperlukan kekuatan hati dan keikhlasan hati yang luar biasa. Karena sebagai orang yang tersakiti, entah moril atau pun materi pasti memiliki sakit yang luar biasa.
Setelah Ramadan dan memasuki bulan Syawal ini menjadi ajang dan momentum untuk bersilaturahmi. Bila bulan Ramadan kemarin adalah waktu yang sangat tepat untuk memperbaiki hubungan pribadi dengan Alloh SWT, maka di bulan Syawal dengan Idul Fitri yang sudah dilaksanakan kemarin menjadi waktu terbaik menjalin silaturahmi dengan sesama, salah satunya dengan memaafkan orang lain.
Berat? Pasti Berat... Namun yakin, dengan bersungguh-sungguh melakukan silaturahmi dan juga tulus memaafkan orang lain, dapat dipastikan akan tumbuh ketenangan dan ketentraman hati.
Silaturahmi Sarana Saling Maaf dan Memaafkan
Mungkin pernah terlintas di benak Anda atau kita semua, mengikuti ajang atau acara silaturahmi yang hanya ingin menuntaskan kewajiban, sekedar mengikuti acara formalitas, namun hati masih panas.
Kalau "Ya" pernah terjadi hal seperti itu, sudah sepatutnya mulai dari sekarang, kita harus mengevaluasi diri apalagi dengan hadirnya Idul Fitri yang memiliki makna membersihkan hati.
Silaturahmi yang seperti itu yang hanya melaksanakan sekedar formalitas dan sosial belaka akan sangat kering makna. Tentu saja silaturahmi yang bersifat formalitas, hanya akan menyimpan kemarahan, benci dan pada akhirnya seperti tidak pernah ada silaturahmi dan saling memaafkan.
Maka dari itu, diperlukan rumus simpel dan mudah, yaitu dengan selalu memupuk rasa syukur. Dengan selalu memupuk rasa syukur akan terwujud kebahagiaan, dan jika hati bahagia, maka hubungan sosial akan baik, dan selalu berpandangan positif pada orang lain.
Meminta maaf dan memberi maaf dibutuhkan suatu ketulusan, yang harus didasari dengan pedoman bahwa "manusia tidak akan lepas dari salah dan hilaf". Maka tidak ada di dunia ini manusia yang sempurna, sehingga bila ada orang yang bersalah, tidak ada alasan untuk tidak memaafkannya.