Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi
Pentingnya Mengatur Anggaran Sebelum Dompet Terkuras Setelah Lebaran Usai
Lebaran selalu menjadi momen spesial yang dinantikan setiap tahun. Setelah satu bulan penuh menjalankan ibadah puasa, umat Muslim merayakan kemenangan dengan berkumpul bersama keluarga, menikmati hidangan khas, dan berbagi kebahagiaan. Namun, di balik semua kegembiraan ini, ada satu hal yang sering menjadi dilema bagi banyak orang: keuangan yang tiba-tiba mengempis setelah hari raya usai.
Hal ini mungkin adalah hal yang sudah diaggap lumrah karena orang berfikir hanya setahun sekali. Tidak dipungkirin banyak orang mengalami pengeluaran besar-besaran menjelang Lebaran, bahkan sering kali tanpa perhitungan yang matang. THR yang diterima hanya bertahan dalam hitungan hari, tanpa memikirkan tagihan dan kebutuhan hidup setelah Lebaran. Tak sedikit pula yang akhirnya terjebak dalam utang hanya untuk memenuhi standar sosial tentang bagaimana 'seharusnya' Lebaran dirayakan.
Lantas, apakah Lebaran memang harus selalu berarti pengeluaran besar? Apakah merayakan hari raya dengan cara yang lebih sederhana berarti kehilangan makna dari momen istimewa ini? Jawabannya tentu tidak. Lebaran tetap bisa dirayakan dengan penuh suka cita tanpa harus mengelakukan pengeluaran yang besar. Semua kembali pada bagaimana cara kamu mengatur keuangan sebelum Lebaran tiba.
Mengapa Keuangan Sering Kacau Saat Lebaran?
Sebelum mencari solusi, ada baiknya memahami dulu akar permasalahan yang menyebabkan banyak orang mengalami kesulitan finansial setelah Lebaran. Salah satu adalah pola pikir konsumtif yang semakin mengakar dalam budaya masyarakat.
Setiap menjelang Lebaran, berbagai diskon besar-besaran mulai bermunculan, baik di pusat perbelanjaan maupun toko online. Godaan untuk membeli barang-barang baru, mulai dari pakaian, perabotan rumah tangga, hingga makanan berlimpah, semakin sulit dihindari. Akibatnya, banyak orang yang akhirnya belanja barang-barang yang sebenrnya tidak dibutuhkan, hanya karena dorongan emosional atau takut dianggap kurang 'meriah' dalam menyambut hari raya.
Selain itu, tekanan sosial juga menjadi masalah besar dalam pengeluaran Lebaran. Di banyak lingkungan, ada ekspektasi tertentu tentang bagaimana seseorang seharusnya merayakan Lebaran. Memberikan THR dalam jumlah besar, membawa oleh-oleh mahal saat mudik, atau mengadakan acara keluarga yang meriah sering kali dianggap sebagai keharusan, meskipun kondisi finansial tidak memungkinkan.
Kurangnya perencanaan keuangan juga menjadi faktor utama mengapa banyak orang mengalami krisis finansial pasca-Lebaran. Tanpa adanya anggaran yang jelas, pengeluaran menjadi tidak terkontrol. Banyak orang hanya mengikuti arus euforia Lebaran dan baru menyadari dampaknya ketika uang sudah habis dan kehidupan harus tetap berjalan.
Menyiapkan Anggaran Khusus Lebaran Sejak Dini
Salah satu cara paling efektif untuk menghindari masalah finansial setelah Lebaran adalah dengan menyiapkan anggaran khusus jauh-jauh hari. Sayangnya, banyak orang yang baru mulai memikirkan pengeluaran Lebaran ketika hari raya sudah di depan mata. Padahal, jika direncanakan dengan baik sejak awal, beban finansial bisa jauh lebih ringan.
Content Competition Selengkapnya
Kasih Bocoran Outfit Lebaran
MYSTERY CHALLENGE
Instagram Reels
Reportase Kondisi Pasar Jelang Lebaran
Cerita Mudik
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025