Muhamad Jalil
Muhamad Jalil Dosen

Write what you do

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Memetik 6 Pesan Moral dalam Film "Ketika Cinta Bertasbih"

31 Mei 2019   13:40 Diperbarui: 31 Mei 2019   15:02 1837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memetik 6 Pesan Moral dalam Film "Ketika Cinta Bertasbih"
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Salah satu film yang layak menemani keluarga muslim saat merayakan idul Fitri 1440 H nanti, mungkin adalah Ketika Cinta Bertasbih (KCB). Film islami ini pernah booming pada tahun 2009 lalu. 

Film ini digarap dengan apik oleh sutradara kawakan Almarhum Chaerul  Umam dan diilhami sebuah novel karya Novelis Ustadz Habiburrahman El shirazy. Waktu itu, saya dibuat penasaran terhasap film KCB saat pertama di launching, walaupun saya sudah bisa menebak alur ceritanya karena kebetulan saya sudah baca novelnya sampai habis.

Ternyata filmnya tak kalah emosional dengan novel aslinya, meskipun banyak cerita-cerita dalam novel tidak sepenuhnya diakomodir dalam frame film. Namun tetap tidak mengurangi esensi dan pesan moral yang ingin disampaikan oleh sutradara kepada para penikmat film Indonesia.

Film dengan bintang utama Kholidi Asadil Alam sebagai Azzam, Oki Setiana Dewi sebagai Ana, Alice Norin berperan sebagai Eliana, dan Andi Arsyil Rahman sebagai Furqon. Empat bintang film ini mampu menyedot perhatian para jutaan pencinta film untuk berbondong-bondong datang ke bioskop. Mereka rela mengular untuk bisa menyaksikan adegan demi adegan dalam film KCB yang tentu menguras emosi dan air mata. Film ini dinobatkan sebagai film Indonesia terlaris tahun 2009 dengan jumlah penonton 3 Juta orang.

Film ini, hemat saya layak ditayangkan dalam televisi nasional ditengah kebahagiaan umat muslim Indonesia saat merayakan lebaran setelah berpuasa penuh di bulan ramadan. Pasalnya terdapat banyak pesan moral yang bisa  dipetik di tengah suasana bahagia yang dialami oleh umat Islam di Indonesia saat lebaran.

Barangkali ini hanya catatan saya pribadi, sesuai apa yang saya potret dalam film tersebut. Jika masih ada pesan moral yang terlewat bisa ditambahkan dalam kolom komentar nanti ya. Dari pesan moral inilah saya menganggap film ini sangat bagus untuk ditonton walaupun bukan film baru.

Pesan moral pertama adalah tanggung jawab. Azzam digambarkan sosok yang tanggung kepada keluarga. Dia adalah sulung yang menjadi tulang punggung keluarga yang menggantikan peran ayah yang telah meninggal dunia. Alih-alih dia bisa fokus kuliah di Mesir, dia malah disibukkan dengan aktivitas membuat tempe dan bakso untuk di jual kepada mahasiswa asli Indonesia atau pejabat KBRI. 

Kedua perjuangan. Tetesan keringat dan cucuran darah Azzam untuk mendapat gelar Lc terasa mengharu biru. Di awal-awal kuliah memang ia bisa meraih predikat cumlaude. Namun sepeninggal ayahnya, ia harus membagi waktu untuk belajar dan bekerja. Di saat teman-temanya terlelap tidur, dia masih disibukkan dengan menaburkan ragu tempe pada kedelai yang telah dicucinya. Ia harus menahan kantuk sampai kepalanya sakit tidak karuan.

Azzam rela banting tulang di negeri Firaun demi menghidupi dirinya sendiri sekaligus ibu dan adik-adiknya di Indonesia. Saking sibuknya dia harus menomor duakan tugas kuliahnya. Tidak ada pilihan lain bagi Azzam. Semua ini dilakukannya sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang kakak, walaupun harus merelakan kuliahnya yang nyaris DO dari kampus Al Azhar University.

Ketiga tentang prinsip hidup.

Pemuda desa yang tidak kehilangan identitasnya sebagai seorang muslim yang taat itulah bernama Azzam. Walaupun ia sudah tidak dalam lingkungan kampung, dan berada di negara Mesir dengan pengaruh adat istiadat lintas benua, ia masih mempertahankan prinsip hidup islami yang mungkin di negara barat dianggap sebagai budaya yang konservatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun