Hadi Santoso
Hadi Santoso Penulis

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Jurus Mengatasi "Penyakit Menulis" agar Ibadah Ramadan Jalan Terus

28 April 2020   22:39 Diperbarui: 28 April 2020   22:57 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jurus Mengatasi "Penyakit Menulis" agar Ibadah Ramadan Jalan Terus
Air rebusan kacang hijau cocok dikonsumsi oleh 'tukang menulis' karena adanya kandungan zat besi yang ada. Sehingga, bermanfaat bagi penderita anemia atau kekurangan darah/Foto: Pixabay/IDN Times.

Dalam sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dinyatakan bahwa sakit itu merupakan penggugur dosa seperti halnya pohon yang menggugurkan daunnya.

Adapun bunyi lengkap dari salah satu hadist terkenal tersebut:

"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya." [HR. Bukhari dan Muslim].

Hadist tersebut tentunya untuk membesarkan hati mereka yang sedang sakit agar tidak berputus asa. Meski sakit, harus ridho dengan kondisinya dan menjalaninya dengan sabar dan tabah.

Meski begitu, bila dikaitkan dengan puasa Ramadan, semua orang rasanya ingin melewatkan hari-hari di bulan Ramadan dalam kondisi sehat. Tidak sakit.

Sebab, bila dalam kondisi sehat, kita tentu bisa lebih maksimal dalam melaksanakan ibadah Ramadan. Bukan hanya puasa, tetapi juga ibadah-ibadah lainnya. Masalahnya, sakit terkadang datang tanpa 'diundang'. 

Jauh sebelum Ramadan datang, ketika masih bulan Rajab, saya sudah rajin berdoa memohon agar sekeluarga bisa berjumpa Ramadan dalam kondisi sehat bugar. Yang terjadi, sehari sebelum Ramadan, 'penyakit' saya sebagai tukang menulis, justru kambuh.

Bekerja menulis dengan tagihan deadline mingguan dan bulanan (dan target menulis harian di Kompasiana) sehingga acapkali lembur hingga tengah malam di depan laptop untuk memberesi tulisan, plus umur yang terus bertambah, membuat saya terkadang merasakan pusing.

Pusing karena gejala anemia alias kurang darah. Pusing imbas begadang sambil berpikir. Plus area di sekitar mata mendadak jadi berat. Bila sudah begitu, badan jadi tidak asyik untuk diajak beraktivitas seperti biasa.

Kata istri, saya mungkin mengalami stress dadakan yang mendadak muncul karena tuntutan harus menyelesaikan beberapa pekerjaan menulis dalam waktu hampir berbarengan.

Jurus sehat meredakan "penyakit menulis"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun