S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi
Ramadan Ramah Anak
Hal penting sebelum mengarah kepada bahasan khusus puasa adalah datangnya bulan Ramadan. Karena semua orang yang hidup turut masuk dan mengikuti peristiwa-peristiwa di bulan Ramadan, tentang apa yang dilakukan di bulan Ramadan bergantung dari kepercayaan dan keyakinan masing-masing. termasuk juga ank-anak.
Di bulan Ramadan, anak-anak akan mengikut pola asuh orang tuanya, turut menikmati kehadiran Ramadan atau membiarkan bersenang-senang, ataukah melakukan modus-modus tertentu dengan mengatas namakan Ramadan.
Orang tua yang baik akan menjadikan anak-anaknya lebih baik dari dirinya sekarang ini, anak-anak harus mampu menghadapi zamannya, ketika generasi mereka yang menentukan nasib bangsanya. Bila hari ini (di bulan Ramadan) anak-anak tidak diajari mengambil pelajaran, maka jangan disalahkan ketika esok dewasa mereka tidak mengerti apa-apa tentang Ramadan, apa yang harus dilaksanakan untuk memperoleh keutamaan dan kesempurnaan bulan Ramadan.
Oke kalau ada yang berprinsip, masih anak-anak, biarkan menikmati dan melewati dunianya, kelak akan bisa menyesuaikan dengan umur dan masanya. Ah... lebih baik sedia pasung sebelum hujan dari pada terlanjur basah mandi sekali.
RAMADAN RAMAH ANAK
Ramadan bukan dominasi orang dewasa, atau kelompok tertentu. Ramadan untuk semuanya bagi umat manusia, baik yang beragama Islam atau beragama lainnya, keberkahan Ramadan untuk semuanya. Sebagaimana dalam tiga tahapan puasa, sepuluh pertama diturunkan Rahmat, kepada siapapun bisa menikmatinya, tanpa pilih kasih dan pandang kasta. Puluhan kedua diturunkan ampunan, saat ini mulai tumbuh rasa kasih dan sedia memberi maaf juga mau meminta maaf, sepada siapapun. Puluhan ketiga adalah dijauhkannya dari siksa api neraka. Neraka sebagai gambaran yang tidak menyenangkan, dengan puasa justru bisa mengantar menikmati kehidupan taman surga.
Bisa dilihat betapa masih ada orang-orang dewasa (juga orang tua) menganggap sebelah mata (sedikit rendah) saat berada di masjid melaksanakan shalat isya' dan tarawih. Dicurigai akan membuat onar, membuyarkan kekhusyukan dan yang paling menyedihkan ketika harus salaman (berjabat tangan) ada saja orang tua yang tidak menyalami anak-anak yang kebetulan duduk di sampingnya, saya tidak tahu apa yang menjadi dasar perlakuakn tersebut.
Namun nyatanya Ramadan masih belum memberi ruang keramahan kepada anak, ramadan masih menjadi dominasi orang dewasa, anak-anak belum diajak dan diadaptasikan dengan Ramadan.
Mari bersama-sama membuat ramadan ramah anak, mulai dari sahur yang diajarkan nilai "keutamaan sahur ada pada akhir waktu" dan mengajari berbuka diawal waktu sebelum melaksanakan ibadah lain (sholat maghrib) harus didahului dengan berbuka bernama takjil (menyegerakan)
Orang tua jangan mengokohkan egoismenya, ingin mengeruk sebanyak-banyaknya kenikmatan Ramadan dengan membiarkan anak-anak terlelap dalam dunianya, menikmati keseruan Ramadan saja. Bagi kebahagiaan dan kenikmatan Ramadan bersama anak-anak. Beri perhatian dengan penuh cinta ketika berada di tempat ibadah atau di ruang publik.
Ramadan ramah anak adalah upaya menyiapkan anak-anak hari ini menjadi hamba yang lebih bertaqwa, memiliki ketinggian ketaatan soial dan kekhusukan beribaah secara spiritual. Keseimbangan hidup dalam memenuhi kebutuhan badan dan jiwa merupakan tanda hidup bahagia.