S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi
Ramadan Ramah Anak
Siapakah yang paling senang mendengar kabar datangnya bulan Ramadan ? anak-anak dan sebagian orang dewasa. Mengapa ada kata "sebagian" bagi orang dewasa ? sedang anak-anak tidak menempel kata "sebagian" ?.
Harusnya orang dewasa merasa sangat gembira, di sini penulis menambakan kata "sangat" gembira atas datangnya bulan Ramadan. Karena di bulan Ramadan reward perilaku kebaikannya berlipat-lipat, tidak dapat diketahui berapa lipat rewardnya, karena sebagai amalan wajib di bulan Ramadan menjadi urusan dan perhitungan sang Maha baik dan pemilik semesta ini.
Namun nyatanya ada yang kurang bahagia, walau pernyataannya bukan "tidak senang" atas datangnya Ramadan, sebagian di antara mereka menyatakan "wah, sangat terbatas tidak bisa melakukan apa saja secara bebas", bagi para pekerja berat "puasa tidak boleh makan dan minum kalau mampu dijalani, tidak kuat ya apalagi" dan rintihan serta kalimat ratapan lainnya. Walau jumlahnya sudah sangat minim.
Sedangkan bagi anak-anak sorak hore "horeee puasa, sekolah libur", "aku bisa main", "kata orang tuaku kalau aku puasanya gak bolong , ibuku kasih hadiah lo". Itulah anak-anak sangat polos mengungkapkan alasan kegembiraan.
MEMANG SYARAT PUASA HARUS DEWASA
Melaksanakan ibadah sama halnya melaksanakan ketentuan kewajiban hukum, yaitu yang sudah dewasa (baligh), hal ini dimaksudkan agar dalam beribadah mampu mendapatkan nilai atau makna yang terkandung dan betul-betul dilaksanakan dalam kesadaran.
Sedangkan anak-anak belum terkena wajib dalam beribadah, masih menjadi tanggungan orang tua, karenanya orang tua harus memberikan pengertian tentang pokok-pokok ibadah, sehingga kelak anak-anak bisa menjalankan dengan baik dan tidak terjadi syok atau keterasingan.
Bagi yang dewasa sebagai sasaran berpuasa, karena tiga hal yaitu makan, minum dan jimak (hubungan seksual khususnya) lebih melekat kuat pada orang dewasa. Di samping itu pula para dewasa dan orang tua mereka memiliki urusan lain di luar kepentingan pribadi dan urusan diri sendirinya.
Orang dewasa memiliki hubungan sosial yang lebih luas dan kewajiban untuk berinteraksi lebih kuat. Maka perlu kendali yang lebih kuat pula agar keberadaannya dalam lingkup masyarakat mampu menjadi cahaya yang menerangi kesuraman malam dan menghilangkan dahaga di tengah terik. Merupakan simbul membiasakan diri tidak rakus dan boros. Agar kesejahteraan menjadi rata dan bisa bahagia bersama.
BAGAIMANA DENGAN PUASA ANAK-ANAK
Hal penting sebelum mengarah kepada bahasan khusus puasa adalah datangnya bulan Ramadan. Karena semua orang yang hidup turut masuk dan mengikuti peristiwa-peristiwa di bulan Ramadan, tentang apa yang dilakukan di bulan Ramadan bergantung dari kepercayaan dan keyakinan masing-masing. termasuk juga ank-anak.
Di bulan Ramadan, anak-anak akan mengikut pola asuh orang tuanya, turut menikmati kehadiran Ramadan atau membiarkan bersenang-senang, ataukah melakukan modus-modus tertentu dengan mengatas namakan Ramadan.
Orang tua yang baik akan menjadikan anak-anaknya lebih baik dari dirinya sekarang ini, anak-anak harus mampu menghadapi zamannya, ketika generasi mereka yang menentukan nasib bangsanya. Bila hari ini (di bulan Ramadan) anak-anak tidak diajari mengambil pelajaran, maka jangan disalahkan ketika esok dewasa mereka tidak mengerti apa-apa tentang Ramadan, apa yang harus dilaksanakan untuk memperoleh keutamaan dan kesempurnaan bulan Ramadan.
Oke kalau ada yang berprinsip, masih anak-anak, biarkan menikmati dan melewati dunianya, kelak akan bisa menyesuaikan dengan umur dan masanya. Ah... lebih baik sedia pasung sebelum hujan dari pada terlanjur basah mandi sekali.
RAMADAN RAMAH ANAK
Ramadan bukan dominasi orang dewasa, atau kelompok tertentu. Ramadan untuk semuanya bagi umat manusia, baik yang beragama Islam atau beragama lainnya, keberkahan Ramadan untuk semuanya. Sebagaimana dalam tiga tahapan puasa, sepuluh pertama diturunkan Rahmat, kepada siapapun bisa menikmatinya, tanpa pilih kasih dan pandang kasta. Puluhan kedua diturunkan ampunan, saat ini mulai tumbuh rasa kasih dan sedia memberi maaf juga mau meminta maaf, sepada siapapun. Puluhan ketiga adalah dijauhkannya dari siksa api neraka. Neraka sebagai gambaran yang tidak menyenangkan, dengan puasa justru bisa mengantar menikmati kehidupan taman surga.
Bisa dilihat betapa masih ada orang-orang dewasa (juga orang tua) menganggap sebelah mata (sedikit rendah) saat berada di masjid melaksanakan shalat isya' dan tarawih. Dicurigai akan membuat onar, membuyarkan kekhusyukan dan yang paling menyedihkan ketika harus salaman (berjabat tangan) ada saja orang tua yang tidak menyalami anak-anak yang kebetulan duduk di sampingnya, saya tidak tahu apa yang menjadi dasar perlakuakn tersebut.
Namun nyatanya Ramadan masih belum memberi ruang keramahan kepada anak, ramadan masih menjadi dominasi orang dewasa, anak-anak belum diajak dan diadaptasikan dengan Ramadan.
Mari bersama-sama membuat ramadan ramah anak, mulai dari sahur yang diajarkan nilai "keutamaan sahur ada pada akhir waktu" dan mengajari berbuka diawal waktu sebelum melaksanakan ibadah lain (sholat maghrib) harus didahului dengan berbuka bernama takjil (menyegerakan)
Orang tua jangan mengokohkan egoismenya, ingin mengeruk sebanyak-banyaknya kenikmatan Ramadan dengan membiarkan anak-anak terlelap dalam dunianya, menikmati keseruan Ramadan saja. Bagi kebahagiaan dan kenikmatan Ramadan bersama anak-anak. Beri perhatian dengan penuh cinta ketika berada di tempat ibadah atau di ruang publik.
Ramadan ramah anak adalah upaya menyiapkan anak-anak hari ini menjadi hamba yang lebih bertaqwa, memiliki ketinggian ketaatan soial dan kekhusukan beribaah secara spiritual. Keseimbangan hidup dalam memenuhi kebutuhan badan dan jiwa merupakan tanda hidup bahagia.
Walau Ramadan bertebar rahmat, namun upaya untuk menjadikan Ramadan ramah anak adalah usaha yang bukan otopis, namun wajib diiktiari agar terlaksana paket komplit.
Ramadanku Ramadan kita
Ramadan kakek nenek Ramadan anak-anak.