Hani Rai
Hani Rai Petani

blogging, handcrafting, journaling, eco farming

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ngabuburit Klasik Ke Kampung Bersejarah Kauman dan Kotagede

16 Maret 2024   20:01 Diperbarui: 16 Maret 2024   20:05 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngabuburit Klasik Ke Kampung Bersejarah Kauman dan Kotagede
Sumber : adit bambang setyawan/joglojateng.com

Ngabuburit alias ngalantung ngadagoan burit (sunda) atau bersantai sambil menghabiskan waktu sore tentu jadi kegiatan favorit di bulan ramadhan. Apalagi kalau bukan cuci mata sembari mencari takjil.

Biasanya ngabuburit identik dengan menikmati suasana cozy perkotaan masa kini, taman perumahan, pemandangan alam, atau keriuhan jajanan takjil pinggir jalan. Kini saya ingin ngabuburit dengan nuansa klasik, merasai
kemegahan kerajaan di Jogja melalui masjid besar dan sekitarnya :  Kerajaan Mataram Islam dan Kesultanan Ngayogjakarta Hadiningrat.

Pola tata ruang masa lalu ditandai dengan catur gatra yakni keberadaan kraton (pusat pemerintahan), masjid (pusat keagamaan), pasar (pusat ekonomi) dan alun-alun (tempat aktivitas rakyat dan tempat rakyat bertemu Raja). Masih adakah tanda kejayaan itu ? Yuk mari ngabuburit ke Kauman dan Kotagede.

Takjil Kicak dan Brongkos di Kauman
Ada satu gang di kawasan Kauman Jogja yang kondang sebagai tempat cari takjil buka puasa. Pasar Sore Ramadhan Kampung Kauman, tempatnya dalam gang, sisi selatan Jalan KHA Dahlan, tak jauh dari RS PKU Muhammadiyah Jogja.

Almarhumah ibunda sering meminta saya mengantarkan ke sana. "Nostalgia masa sekolah dan ngekos di Kauman," kata beliau. Kauman (berasal dari kata Kaum), merupakan kampung pusat keagamaan yang cukup kental bernuansa Islam. Rumah-rumah berdempetan dan gang sempit menghubungkan satu sama lain.


Makanan khas ramadhan di gang Kauman adalah kicak. Camilan karya Mbah Wono ini berwarna putih, terbuat dari ketan, kelapa, dan nangka. Rasanya manis gurih lembut berpadu aroma nangka dan pandan. Aneka jajan pasar tersedia. Minuman khasnya setup jambu. Jambu biji yang direbus dengan kayu manis dan gula. Rasanya sederhana dan klasik.

Sumber : Pariwisata.jogjakota.id
Sumber : Pariwisata.jogjakota.id
Untuk lauk pauk ada beraneka rupa, namun bagi saya, brongkos, identik dengan Kauman. Tante saya yang bersuamikan orang Kauman asli, sering memasak lauk ini. 

Brongkos merupakan lauk berkuah hitam dari kluwak plus santan dengan isian kacang tolo, daging sapi, telur, tahu, dan kulit mlinjo. Rasanya gurih, apalagi kalau sambil nyeplus cabe rawit yang dimasukkan utuh ke kuah. Maknyus.

Maka brongkos koyor yang dijual di pasar ramadan ini mengingatkan saya pada tante dan tentu saja, Kauman.

Masjid Gedhe Kauman
Setelah cari takjil, kita bisa berjalan kaki menyusuri gang sempit kampung Kauman menuju Masjid Gedhe Kauman.

Masjid Gedhe, biasa disebut demikian, berada di barat Alun-Alun Utara, Kraton Ngayogyakarta. Masjid ini berdiri tahun 1773 atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Kiai Fakih Ibrahim Diponingrat selaku penghulu keraton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun