Ramadhan Me Time: Menemukan Jatidiri Manusia
Maka saat tubuh kelelahan tak berdaya, saat bekerja di titik nadir, jadikanlah sebagai kesempatan titik balik untuk memikirkan ulang hakekat keimanan dan penghambaan. Saatnya recharge mencari ilmu agama, mentafakuri ayat Al Quran, dan mengejar ketertinggalan. Saatnya kita mengatur mindset bahwa ramadhan ini merupakan ajang memperbaiki jiwa, tubuh, dan keimanan.
Bersatunya Kehidupan dan Ibadah
Beratnya ujian dunia membuat manusia mengumpat atas ketidakadilan dunia. Lalu muncul pertanyaan, apakah setelah melalui ketiga fase ramadhan dengan hadirnya Idul Fitri, kita akan meraih rahmat, ampunan, dan dibebaskan dari api neraka ?
Tidak semudah itu fergusso ! Tuhan tentu tahu bagaimana sejatinya hambanya. Tuhan tak bisa dikelabuhi gimmick. Puasa itu milik Allah. Bisa jadi, puasa kita tak bernilai, jika perilaku kita tetap serakah dan tercela.
Maka salah satu cara untuk mencapai keseimbangan antara bekerja, hidup, dan ibadah adalah mengintegrasikan hidup sebagai ibadah.
Jadikan berlelah kerjamu sebagai ibadah.
Jadikan setiap kata yang keluar dari mulutmu sebagai ibadah.
Jadikan perilaku sehari-hari sebagai ibadah.
Jadikan makananmu sebagai obat jasmani dan rohani.
Dengan demikian, semua lika liku kerasnya hidup ini merupakan bagian dari upgrade kualitas seorang hamba.
Ke manapun jalur kereta yang kau tuju, kau akan kembali pada Nya.
Naik kereta, bus, mobil, kapal, kau berjalan menuju Nya.