PNS pada Satuan Polisi Pamong Praja di Kab. Barito Utara Kalimantan Tengah. Inisiator Komunitas Beras Berkah di Muara Teweh Kalteng dan Ketua Yayasan Beras Berkah Muara Teweh.
Keuangan Sehat dengan Hemat, Mesjid, Paylater, dan Koperasi
Memasuki bulan Ramadan harga-harga kebutuhan pokok dan non pokok pasti naik. Mudah diprediksi, naiknya permintaan masyarakat harga juga naik. Seharusnya ketika masyarakat puasa permintaan makanan menurun namun kenyataannya tidak pernah seperti itu.
Puasakan tujuannya agar menjadi mutaqqin bukan menjadi miskin, tapi kalo kebanyakan dari kita gelap mata, dengan keadaan kantong kita yang pas-pasan bulan Ramadan malah bisa menjadikan keuangan kita defisit bahkan bangkrut.
Bagi masyarakat menengah kebawah, Biaya makan minum meningkatnya baik jumlahnya maupun porsinya terhadap pendapatan. Padahal makan hanya dua kali dari yang biasanya tiga kali.
Kenaikan ini dapat dimaklumi karena ketika sahur kita ingin yang enak-enak dan banyak biar puasanya kuat. Padahal enak dan banyak belum tentu kenyangnya lebih lama daripada yang sedikit tapi bijak dan berserat. Kita kadang ingin sahur yang wow karena kalo tidak wow bangun tidur kurang semangat sahurnya.
Begitu pula ketika buka, war takjil seperti kewajiban setiap hari, bayangkan godaan di pasar Ramadan ada ratusan macam kue dan minuman yang membuat kita meronggoh kantong dalam-dalam. Kalo cuma sehari dua mungkin tidak terasa tapi kalo tiap hari, bayangkan berapa dana yang terpakai
Belum lagi buka bersama berbayar, pastinya butuh biaya lebih karena tidak mungkin acara yang ramai orangnya disajikan takjil seadaanya atau dengan makanan pas-pasan. Bayangkan bila ada yang tidak dapat takjil bisa rusuh merusak acara silaturahmi.
Terakhir, Makanan lebaran juga pasti diperhitungkan, biasanya sih tergantung relasi dan kebiasaan. Yang temannya banyak biasanya menyiapkan makanan yang lumayan juga dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Keuangan kita juga harus bersiap-siap belanja pakaian, lebaran tanpa baju baru tampaknya kurang afdol. Hitung aja biaya baju, celana, sepatu, sarung, kopiah baru, jilbab baru dikalikan berapa jumlah keluarga, pasti jutaan melayang.
Apalagi membayangkan kawan-kawan yang pulang kampung, biaya transportasi dan oleh-oleh bahkan angpao untuk ponakan-ponakan di kampung, bikin pening orang seperti kita yang penghasilannya pas-pasan.
Meskipun kita juga kadang menyisihkan dana kita untuk Zakat, Infak dan shodaqah, namun pengeluaran untuk ini, kontrol diri kita pasti lebih baik. Apalagi infak dan shodaqah kan sifatnya tidak wajib.
Melihat meningkatnya pengeluaran kita di bulan Ramadan sampai dengan lebaran, dibandingkan dengan gaji, tunjangan hari raya wajar bila kondisi keuangan kita semaput berdarah-darah.
Tentu saja tulisan ini bukan untuk crazy rich atau orang kaya, yang porsi belanja makan minumnya, bahkan belanja sandangnya sangat kecil dari porsi pendapatannya. Cara mengurangi pendarahan keuangan juga ditujukan untuk kita kita yang gajinya dibawah UMR atau sedikit di atas UMR.
Berikut cara-cara yang mungkin bisa menjaga kondisi keuangan kita tetap sehat, kalo pun sakit cuma flu atau batuk-batuk tidak sampai meninggal.
Masalah makan minum, sahurlah dengan menu sederhana yang penting ada sayur boleh ditambah buah pisang. Demikian juga berbuka, berbukalah dengan menu makan malam biasanya, cukup tambahkan kurma 3 biji, kurangi kue manis dan gorengan.
Untuk lebih hemat biasakan buka bersama di mesjid terutama mesjid yang menyediakan takjil dan makan malam. Saat ini mesjid mesjid banyak yang menerapkan pola berbuka puasa seperti ini.
Dengan pola makan sahur dan berbuka seperti tersebut, kita lebih hemat, lebih sehat dan bila beruntung juga lebih beriman (bagi yang sering buka puasa di mesjid karena hati tertaut dengan mesjid).
Mengurangi ngabuburit ke pasar Ramadan atau buka puasa bersama di warung makan atau restoran. Terlalu banyak godaan yang sulit ditaklukan. Lebih baik buka di rumah dengan makanan yang dimasak sendiri dari belanja di pasar. Bila dibandingkan harga makan direstoran dengan masak sendiri jauh banget.
Sediakan makan lebaran secukupnya bahkan bila perlu kita yang banyak-banyak silaturahmi ke keluarga yang lebih tua dan dituakan. Sebagian besar tamu juga bisanya sudah makan ditempat lain yang memang orang kaya, kita yang biasa-biasa tidak usah memaksakan diri.
Mengenai baju baru, bila dirasakan dananya ada silahkan dibeli tapi baju lebaran tahun kemaren dengan modifikasi secukupnya bisa digunakan lagi tahun ini. Bila terpaksa beli usahakan membeli dengan cicilan ringan misalnya di Paylater, jangan sampai kita bingung belanja beras dan lain-lain setelah lebaran duitnya tidak ada.
Di salah satu aplikasi e-commerce ada cicilan paylater tanpa bunga bila memberi produk dari toko official produk tersebut, bebas beban bunga dan bebas riba.
Begitu pula dengan pulang kampung, tidak ada kewajiban pulang kampung setiap tahun, namun bila uangnya ada meski pas-pasan, kita bisa abaikan angpao untuk ponakan dan oleh-oleh yang berlebihan.
Tapi bila kita punya alasan yang kuat, misalnya orang tua di kampung hanya tersisa ibu, sementara uangnya tidak cukup maka pinjam di koperasi mungkin solusinya. Biar berkah koperasi syariah tentu lebih baik. Sementara Minjam di Bank mungkin terlalu membutuhkan waktu, lebaran keburu kelar, baru ada pencairan.
Saya lebih menyarankan pinjaman yang bunganya kecil daripada menggadaikan barang, emas atau perhiasan, itupun bila ada yang masih mau memberikan kita pinjaman atau masih ada barang yang mau kita gadai, kalo tidak ada cukuplah kita kirim doa atau video call-an.