H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Wiraswasta

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

"Rumah Singgah" Berdampak Psikologis Cegah Mudik

23 April 2020   06:31 Diperbarui: 23 April 2020   06:41 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Rumah Singgah" Berdampak Psikologis Cegah Mudik
Ilustrasi: Rumah Singgah di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (21/4). Sumber: Tangkap Video | BONE POS

Indonesia dan umumnya negara di belahan bumi masih bergelut melawan pandemi Covid-19. Menurut data dari berbagai institusi, lembaga pemerintah dan NGO, setidaknya lebih dari 200an negara telah terdeteksi kasus positif corona atau Covid-19. 

Khusus untuk Indonesia, beberapa daerah terpaksa melakukan tindakan preventif yang cukup agresif. Semua bisa dimaklumi untuk mencegah atau penanggulangan COVID-19 agar tidak menyebar secara signifikan.

Beberapa daerah kabupaten dan kota di Indonesia sudah dan ada yang sementara mengajukan persetujuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kepada Menteri Kesehatan. Baca Kompas.Com "Daftar 18 Daerah yang Terapkan PSBB, dari Jakarta hingga Makassar"

Baca Juga: Pemprov Siapkan Dua Hotel untuk Rumah Singgah Tenaga Medis

Tanpa penerapan PSBB sudah banyak daerah yang melakukan antisipasi dini. Juga telah menyiapkan rumah singgah untuk isolasi mandiri pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19.

Macam-macam tempat dijadikan sebagai rumah singgah Covid-19. Ada hotel, kantor, gedung olah raga, wisma-wisma, rumah warga dan lain sebagainya.

Terjadi di Banyuwangi, warga secara swadaya membuat rumah isolasi atau rumah singgah. Biaya operasional juga ditanggung atas partisipasi warga Desa Jambewangi, Kec. Sempu. (Baca "ODP Jalani Karantina di Rumah Isolasi Swadaya Desa")

Sebenarnya pihak hotel atau wisma bisa ikut peduli membuat rumah singgat, dari pada kosong tanpa tamu. Mengajukan kerjasama dengan pemerintah dan bisa kerja sama perusahaan corporate social responsibility (CSR) untuk memudahkan operasional rumah singgah.

Masyarakat harus mendukung pelaksanaan PSBB agar pandemi Covid-19 agar bisa cepat berlalu. Mari kita meningkatkan kedisiplinan untuk taat pada protokol pandemi Covid-19.

Baca Juga: Fasilitas Layaknya Hotel, Yuk Intip Rumah Singgah Covid-19 di Bone

Seperti misalnya pihak restoran, cafe dan pelayanan publik lainnya agar melakukan operasional bisnis sampai pukul 20.00. Sedangkan warga dilarang keluar rumah mulai pukul 21.00 malam sampai 05.00 pagi.

Cara paling ampuh mencegah penyebaran Covid-19 adalah "Trik Rumah Singgah", artinya bukan hanya menunggu masyarakat meminta untuk mengisolasi mandiri. Tapi lebih dari pada permintaan sendiri.

Misalnya, setiap kabupaten dan kota segera menerapkan aturan atau membangun pos jaga. Bila ada masyarakat masuk di sebuah daerah tanpa alasan yang kuat, maka yang bersangkutan bisa masuk karantina pada rumah singgah dalam masa tertentu.

Faktor psikologi dari karantina atas aturan yang ketat tersebut sangat tinggi. Tentu akan menghindari kegiatan masyarakat pada lintas daerah yang tidak perlu. Keraguan terjebak masuk rumah singgah bila berani mudik. Akhirnya urung niatnya untuk pulang kampung. 

Baca juga: Mirip Wisma Atlet, Depok Siapkan Rumah Singgah Khusus ODP dan PDP Ringan Covid-19

Termasuk menghindari masyarakat keluyuran tanpa urusan. Melebihi batas jam kegiatan di luar rumah yang sudah diatur oleh pemerintah dalam protokol Covid-19. Semua diatur dalam protokol rumah singgah. Agar rumah singga bisa menjadi pencegah keluyuran.

Setiap daerah secara massif menyiapkan rumah singgah isolasi mandiri. Tentu diharapkan membangun efek jera terhadap pentingnya kedisiplinan. Akan memberi efek psikologis yang luar biasa untuk cegah tangkal penyebaran Covid-19.

Hal ini semua termasuk akan mencegah arus mudik menjelang bulan Ramadan dan Idul Fitri. Karena minimal akan dikurung karantina selama 14 hari.

Baca Juga: Mengenal Vanuatu, Negara Kecil yang Belum Terpapar Wabah Corona Covid-19

Untuk selanjutnya didoakan agar Rumah Singgah isolasi mandiri tidak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dan pendatang. Seiring dengan kesadaran dan kesehatan prima masyarakat.

Membangun atau menyiapkan rumah singgah, adalah langkah paradoks yang cerdas untuk menangkal penyebaran Covid-19. Setidaknya orang tidak berani ke sebuah daerah bila tidak penting. Karena akan diperiksa saat masuk disebuah daerah, lalu berpotensi di isolasi.

Kunci agar si Corona segera tinggalkan bumi, adalah terima dengan ikhlas kedatangan si Corona dan tingkatkan kedisiplinan. Yakin si Corona segera pamit. In Syaa Allah, manusia segera dapat beraktifitas kembali sebagaimana biasanya.

Surabaya,  23 April 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun