Hazal
Hazal Guru

Anak sholeh kelahiran '96. Asal kota Raha kabupaten Muna. Senang membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Jangan Biarkan Rasa Takut yang Menduduki Singgasana

9 April 2023   02:50 Diperbarui: 9 April 2023   06:08 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan Biarkan Rasa Takut yang Menduduki Singgasana
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tapi perlu disadari bahwa itu adalah salah satu jebakan. Sebab waktu akan berputar dan keadaan demi keadaan akan berganti, umur pun akan semakin banyak, tenaga akan berkurang, dan dalam kondisi tertentu kita tidak bisa lagi melakukan lebih banyak hal bahkan kemampuan untuk berpikir juga semakin menurun.

Dalam fase tersebut, mungkin hanya mengharapkan anak yang bisa membantu untuk terus bertahan hidup. Tapi kita tahu bahwa tidak sedikit anak yang tidak peduli dengan orang tuanya. Apabila itu terjadi maka akan menjadi derita panjang untuk para orang tua. Saat itulah kita mulai menyesali kesalahan di masa lalu karena tidak mempersiapkan diri saat memasuki usia lanjut.

Analogi Seorang Ibu tentang Keberanian

Melihat fakta yang ada, aku teringat dengan novel di Di Bawah Bayang-Bayang Ode karya Sumiman Udu, percakan antara seorang ibu dengan anak. Ibu yang memberikan motivasi berupa analogi kepada anaknya agar memiliki keberanian. Berikut kutipannya:

"Pernahkah kau melihat atau mendengarkan cerita buah kelapa yang tumbuh walaupun masih di atas pohonnya? Ia memiliki keberanian untuk hidup walau ia tidak tahu di tanah mana ia harus hidup."

Analogi dari kutipan tersebut, seolah menjadi sebuah pertanyaan untuk kita semua. Mengapa buah kelapa saja memiliki keberanian untuk tumbuh sedangkan kita manusia yang dibekali dengan akal tapi masih belum berani dalam membuat keputusan untuk hidup lebih maju?

Selain itu, juga mengajarkan bahwa hidup harus selalu ada keberanian. Mulai dari keberanian mengambil keputusan hingga keberanian dalam menerima resiko atas keputusan yang diambil. Bahkan Ali bin Abi Thalib  pernah berkata bahwa apabila anda terlalu memikirkan resiko dari setiap tindakan maka anda tidak akan pernah menjadi orang yang berani.

Tidak berlebihan apabila mulai saat ini, kita berpikir sedikit lebih maju. Bila dahulu kita hanya sebagai seorang karyawan di bidang mekanik maka tidak salah bila mulai dari sekarang kita sedikit lebih berani untuk berpikir bagaimana membuka usaha sendiri dan belajar mengelolanya dengan baik sehingga kita tidak akan lagi hidup di ujung jari orang lain.

Kita tahu bahwa semua aspek kehidupan selalu membutuhkan keberanian. Untuk menjadi pengajar juga mesti ada keberanian untuk berhadapan dengan anak didik, untuk menjadi pengusaha mesti ada keberanian untuk menghadapi resiko bangkrut yang mungkin terjadi. Singkatnya, untuk menjalankan ide yang brilian mesti ada keberanian untuk memulai langkah pertama. Semua mesti didasari dengan keberanian.

Berapa banyak orang yang kita dapati, tidak bisa berkembang karena mereka tidak memiliki keberanian untuk memulai langkah baru. Mengharapkan kehidupan yang lebih maju tentu saja diperlukan keberanian untuk mengubah mindset baru dan kebiasaan baru. Sekali lagi mesti ada keberanian. Karena itulah penting untuk memupuk keberanian dalam diri sebab sukses hanya bisa diraih dengan modal keberanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun