Kerinduan Mudik dan Pesan Akhir Ramadhan
Alhamdulillah sebulan penuh umat Muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa dalam suasana yang berbeda, demikian pula umat Muslim di Indonesia.
Setelah menjalani puasa Ramadhan rasanya kurang lengkap tanpa mudik bagi umat Muslim Indonesia. Tradisi mudik tidak bisa dilepaskan dari umat Muslim di Indonesia,
Tahun lalu, kita mengalami hal yang lebih sama yaitu larangan mudik. Namun, tahun ini suasanya berbeda.
Tahun lalu, larangan mudik lebih dipatuhi karena kekhawatiran kita begitu tinggi akan penyebaran virus Covid-19 yang belum banyak kita ketahui.
Tahun ini, larangan mudik seperti buah simalakama. Mungkin karena kejenuhan yang menumpuk. Mungkin karena perasaan lebih aman lantaran vaksin dan klaim kemampuan pemerintah mengendalikan. Mungkin rasa rindu yang mendalam sama keluarga dikampung, sudah 2 tahun tidak ketemu.
Memang banyak yang sadar tidak mudik karena mempertimbangkan kesehatan, keselamatan dan kehidupan bersama yang lebih baik. Namun, banyak juga yang mengabaikannya dan nekat karenanya.
Rombongan pemudik beberapa kilometer panjangnya yang memaksa melintas di tengah larangan adalah bisa kita katakan gambaran ketidakpatuhan. Bisa juga kita katakan sebuah cermin yang membahayakan.
Polisi dan aparat keamanan kemudian mengambil diskresi untuk meloloskan lantaran menghindari kerumunan..
Jika ternyata tidak dilakukan dan diloloskan sampai kampung halaman, lantas bagaimana sikap kita menghadapi situasi seperti ini? Semoga Allah memberi kemudahan dan menolong kita semua.
Pesan Terakhir Ramadhan
Bergulirnya waktu tak terasa telah menghantarkan kita di pengujung bulan suci Ramadhan. Tamu agung itu kini akan berpamitan meninggalkan kita dengan sejuta pelajaran dan kebaikan sebagai hadiah terbaik bagi kita semua.
Deraian air mata kerinduan karena perpisahan dengan tamu agung ini dirasakan oleh umat Islam di seluruh dunia, sebagaimana para sahabat meneteskan air mata kesedihan karena takut tidak bisa bertemu kembali dengannya.