Hellobondy
Hellobondy Pengacara

A perpetual learner from other perspectives. Find me on IG : nindy.hellobondy Blog : Hellobondy.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Suka Duka Menjadi Care Giver

5 Mei 2020   23:44 Diperbarui: 5 Mei 2020   23:51 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suka Duka Menjadi Care Giver
logo-kompal-5eb1942fd541df32d65a14e3.jpg

Ada dua hal yang menarik tentang dunia ini. Pertama, ada hal yang tidak bisa dikendalikan seperti bencana,cuaca, dsb. Kemudian ada hal-hal yang bisa kendalikan seperti ketika akan keluar tiba-tiba saja hujan, kita menjadi kesal dan bingung harus bagaimana, namun kita bisa mengendalikan emosi kita apakah kita akan menggerutu ataukan menikmati hujan tersebut.  

Begitu juga di dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti tidak ingin terjadi hal-hal buruk pada keluarga kita, orang yang kita sayangi, bahkan diri kita sendiri. Tetapi, terkadang ada saja sesuatu terjadi bahkan jika kita telah mempersiapkan dan menghindari semua. contohnya ya sakit itu sendiri. 

Beberapa waktu lalu satu akun twitter saat itu bercerita pengalamanya menjaga ibunya yang sakit, sudah beberapa tahun ini ia tinggal bersama keluarga beserta ibunya. 

Menarik sekali, ia bercerita bagaiamana ketika merawat ibunya, ia semakin tumbuh menjadi manusia yang tangguh dan mengasah empatinya. Jelas, jika aku bercerita kepada teman-teman "luar" mereka berkata, your parents is not your responsible. 

Terdengar sarkas dan sepertinya egois, namun setelah mendengar penjelasan dari mereka, aku memahami bagaiamana budaya yang membuat mereka tumbuh dan berkembang. 

Konsep individualis yang melekat pada budaya mereka, sedangkan di Indonesia khususnya kita tumbuh dalam budaya kekeluargaan.Tidak ada yang lebih buruk atau lebih baik, semua memiliki kekuatan masing-masing dan tentu konsekuensi yang berbeda.

Belum lagi, di Indonesia sangat kental sekali dengan istilah "Sandwich Generation" dan budaya balas budi ataupun menghidupi orang tua masing-masing. 

Walaupun tidak semua, namun membantu orang tua menjadi sebuah kewajiban apalagi ketika memang orang tua berada di kondisi perekonomian yang tidak begitu stabil, belum lagi usia yang tidak lagi mudah, semakin bertambah usia semakin besar juga pengeluaran kita. 

Syukurnya, sekarang generasi mileneal sudah memiliki kesadaran akan literasi keuangan yang baik, sehingga bisa meminimalisir dampak-dampak di luar yang tidak bisa kendalikan.

Ketika salah satu anggota keluarga sakit, jelas akan berpengaruh pada semua keluarga. Misal suami sebagai tulang punggung utama keluarga jatuh sakit atau terjadi hal-hal yang tidak kita ingingkan. 

Bukan hanya biaya pengobatan, biaya kebutuhan sehari-hari pun semakin meroket. Belum lagi untuk kebutuhan perawatan baik itu perban, pampers, obat-obatan, alat bantu, transportasi, dll. lalu, beban di rumah pun akan bertambah tidak hanya berpikir keras menghasilkan rupiah, tetapi tidak lepas pula pekerjaan domestik yang semakin banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun