AKIHensa
AKIHensa Penulis

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Puasa Ramadan dan Para Ustaz Panutan

8 April 2022   05:22 Diperbarui: 8 April 2022   05:29 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa Ramadan dan Para Ustaz Panutan
Ilustrasi Foto by Pixabay

Puasa Ramadan selalu memberikan nuansa yang berkesan bagi para Ustadz yang kesibukannya semakin padat. Ustadz atau Pendakwah adalah panutan, sejatinya harus demikian karena setiap dakwah yang diberikannya adalah pesan yang sangat bermanfaat bagi umat.  

Sosok Ustadz memiliki tugas yang sangat berat. Sebagai pendakwah, seorang Ustadz harus juga memberikan teladan. Karena setiap apa-apa yang diceramahkan seyogyanya sudah dilakukan dan diterapkan dalam kesehariannya.  

BACA JUGA : Puasa Ramadan dan Amalan yang Bermakna. 

Ustadz sebagai penceramah dalam bulan Ramadan yang penuh Barokah Allah ini, harus memberikan pencerahan kepada umat. 

Ceramahnya harus cerdas membawa kepada kebaikan dan kedamaian. Membawacpada peningkatan kualitas diri menjadi lebih tinggi.

Selain ilmu agamanya yang mumpuni dalam ukuran kemampuannya menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, juga seorang Ustadz harus mampu berututur kata yang menenteramkan dan mendamaikan. 

Bukan malah memprovokasi umat untuk hal-hal yang mengadu domba. Itulah sebabnya seorang Ustadz memiliki tugas yang sangat berat. Tidak mudah bagi seorang Ustadz dalam mengemban tugas mulianya. 

Tutur kata adalah kemampuan lisan yang keluar dari bibir kita. Betapa pentingnya lisan, karena lisan merupakan proyeksi dari hati. 

Hati ini harus selalu terjaga kebersihannya. Karena setiap kata yang keluar dari bibir kita akan berpengaruh pada kebersihan hati, pada kedamaian hati. 

Bila lisan mengobral kata-kata yang kotor, maka akan membuat gambaran hati juga menjadi kotor menuju pada kecenderungan penyimpangan. Sebaliknya jika kata-kata itu beraura positif maka hati akan menjadi bercahaya penuh pencerahan. 

Rasulullah SAW selalu memperhatikan tentang pentingnya menjaga lisan ini. Perkara ini adalah hal yang sering diabaikan padahal itu adalah perkara utama yang harus diwaspadai. 

Dalam beberapa hadis Beliau bersabda : "Barangasiapa menjaminkan kepadaku dengan menjaga lisan dan kemaluannya, maka aku akan menjaminnya masuk surga." 

Beliau juga pernah bersabda bahwa hamba-hamba yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah berkata baik atau diam. Hadis ini bernilai shahih dari Bukhari-Muslim. 

Sebuah riwayat lain disebutkan bahwa suatu ketika, salah satu Sahabat Nabi, Muadz Bin Jabal RA bertanya kepada Nabi : "Pekerjaan apakah yan paling utama?" 

Lalu Nabi menjawab : "Sesungguhnya kebanyakan dosa manusia itu berpangkal dari lisannya. Manusia itu disungkurkan ke dalam neraka karena lisannya. Barangsiapa diam, maka selamat. " 

Menjaga lisan selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan begitu pentingnya karena inilah salah satu kunci untuk kesempurnaan puasa kita. 

Kita saja yang bukan penceramah dan bukan Ustadz, harus terus menerus untuk mampu menjaga lisan kita dari perkataan yang kotor, lisan yang provokatif, lisan yang mengadu domba. 

Apalagi bagi seorang Ustadz yang memiliki tugas menyampaikan petuah-petuah dan ceramah. Setiap perkataannya akan menjadi pegangan bagi umat. 

Sebagai Pendakwah, seorang Ustadz harus bertanggung jawab kepada Allah dan kepada umat dalam setiap petuah dan ceramahnya. 

Maka jadilah sebagai Ustadz, Panutan umat. Sesungguhnya hanya Allah lah Yang Maha Benar.  

@hensa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun